WRITE FF
Note :
Artikel ini ditulis ulang dengan beberapa
perubahan oleh Min_Sera. Awalnya nama cast ini adalah Nama Dari member - member
SHINee yang di ubah menjadi nama member S4 serta contoh - contoh
kasus pun juga di ubah menjadi contoh kejadian yang pernah dialami oleh S4. Hal
ini aku buat agar kalian lebih mudah untuk memahaminya.
Bagi yang mau ngambil artikel ini mohon
masukin credit dari artikel asli nya ya.
SEMOGA INI MEMBANTU dan SELAMAT MENULIS UNTUK PARA AUTHOR !!!
Source : - http://ffhp5.proboards.com/index.cgi?board=FFHP5&action=display&thread=26
- Shiningstory.wordpress.com
BAGAIMANA MENULIS FANFIC YANG BAIK ?
Menulis adalah mengekspresikan pikiran
dan perasaan kita dalam bentuk simbol-simbol yang dimengerti orang lain :
bahasa tulisan. Karena itu tulisan kita mewakili pikiran dan perasaan kita.
Menulis fanfic-pun sama saja. Kekhususannya : fanfic mengekspresikan kesukaan,
kecintaan kita akan karya aslinya, dalam hal ini S4.
Kalau kita suka akan sesuatu tentu kita
akan memeliharanya dengan hati-hati. Bila kita akan memperlihatkannya pada
umum, kita akan memperlihatkan sisi terbaiknya. Demikian pula dengan fanfic.
Buatlah dengan segenap kemampuan kita (bukan berarti kita harus menjadi
pengarang profesional lho. Justru kalau kita terbiasa mengarang fanfic dengan
baik, mungkin saja suatu waktu bisa menjadi pengarang profesional, amin),
pakailah kaidah berbahasa yang apik, dan tunjukkan pada dunia bahwa Inilah
kecintaanku pada S4, inilah karya terbaikku.
BEBERAPA
TIPS:
A. BAHASA
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini :
Hi, Parker. Nice 2 C U
White !!! Thanx 4 ur commentz
Gilee .. Gw mana bisa spt itu, tp gpp dech,
yg sdh ya sdh
Kalau kalimat-kalimat seperti itu muncul di
comment board, kesannya akrab dan hangat. Tapi coba kalau kita membaca fanfic
sepanjang 10 halaman dengan kalimat-kalimat yang melulu seperti itu, penuh
dengan simbol-simbol dan singkatan. Pusing kan ?
Karena itu, tulislah dengan bahasa
Indonesia (atau Inggris) yang baik dan benar. Bukan berarti pakai bahasa kaku
lho .. sering baca novel remaja kan? Pastilah semua yang nulis fanfic pernah
baca novel. Nah, coba kalian liat karyanya Esti Kinasih atau Luna Torashingu
atau Stephanie Zen atau Ken Terate *kalau gk salah gitu kan penulisan namanya?*
lihat novel mereka, pakai bahasa semi baku kan? Enak kan bacanya? Jadi gak
terlalu sesuai dengan EYD tapi masih terkesean berbahasa Indonesia dengan
benar.
Biasanya dalam FF mereka, bagian dialog
atau plot di tulis dengan bahasa normal kita kayak ‘Gak juga’, ‘ngapain lo?’,
‘biarin aja kali’ dll lah. Sedangkan bagian paragraph negative atau semacem
narasi itu baru pake bahasa yang agak baku.
B. TANDA BACA DAN PENGATURAN
PARAGRAF
Jangan lupa menggunakan tanda baca
seperti semestinya. Rasanya semua juga tahu aturan-aturannya. Misalnya pada
akhir kalimat gunakanlah titik(.). Pada percakapan gunakanlah tanda (“) di awal
dan di akhir percakapan, supaya pembacanya tidak bingung, ini kalimatnya sudah
selesai apa belum ? Seperti juga pada netiket, jangan gunakan tanda baca berlebih,
seperti tanda seru atau tanda tanya lebih dari dua sekaligus.
Juga kapitalisasi
yang berlebih (ingat bahwa huruf kapital sama dengan berteriak). Banyak juga
yang sering pakai tanda titik berlebih (..) yang tidak wajar. Penggunaan titik lebih dari satu itu
hal yang wajar, benar jika si penulis menggunakan tiga titik. Yang salah ialah
ketika si penulis hanya menggunakan dua titik saja.
Tanda tiga
titik atau lebih dikenal dengan sebutan “elipsis” adalah bagian di mana si
penulis menggambaran kalimat terputus-putus ataupun adanya bagian yang
dihilangkan.
Dan sebagai catatan: Jika ada bagian yang menggunakan elipsis sebagai pengakhir kalimat, maka perlu digunakan emapt titik; tiga titik penghilang teks (elipsis) dan satu titik untuk mengakhiri kalimat.
Antara kalimat (sesudah titik) jangan lupa beri spasi. Supaya mata tidak
lelah membacanya. Juga yang sering terlupakan, antara kalimat percakapan.
Bandingkan :
“Terima
kasih” Sera mengambil bungkusan itu sambil tersenyum tipis.“Ini sudah hampir
dua jam, dan kau masih menunggunya disini? Cih.. tidak bisa dipercaya.”
Geram Alif.“Seharusnya tadi kau ikut
makan bersama kami” Yuna menatap miris
ke arah Sera.
Dengan :
“Terima
kasih” Sera mengambil bungkusan itu sambil tersenyum tipis.
“Ini
sudah hampir dua jam, dan kau masih menunggunya disini? Cih.. tidak bisa
dipercaya.” Geram Alif.
“Seharusnya tadi kau ikut makan bersama
kami” Yuna menatap miris ke arah Sera.
Bagaimana ?
Lalu usahakan tidak membuat paragraf yang terlampau panjang. Apalagi kalau
fanfic itu font nya kurang dari 12. Kasihanilah mereka yang berkacamata (hayo
yang pake kacamata ngacung !) dan yang tidak pakai kacamatapun akan berpotensi
memakainya, kalau begini caranya.
C. SUBSTANSI
Alias isi
Isi ? Isinya ya cerita tentang S4, apa lagi ?
Ada dua macam lho, di dunia fanfic.
-
CANON
Canon maksudnya fakta-fakta yang
diutarakan dalam media massa. Jadi, membuat fanfic canon, berarti taat pada
pakem, pada jalur yang ada. Semua karakter persis seperti yang diungkapkan
YSEnt, demikian pula lokasi, dan situasi. Memang agak membingungkan bila kita
berpegang pada keduanya : Entertaiment dan media massa, sebab ada fakta yang
bertentangan, ya gak sih ?
-
FANON
Kalau yang ini berarti “fakta” yang
tidak ada di buku, tetapi lebih menyerupai rumor atau gosip. Sebelum konfirmasi
tentang S4 menjadi salah satu pengisi artis lokal di Music Bank kemarin, (fanon)
rumor yang beredar kalau S4 kemungkinan besar jadi pengisi artis lokal tersebut.
Setelah muncul beritanya baru lah fanon itu di nyatain sebagai canon. Ngerti
gak?
Kadang Fanon ini cuma berupa dugaan dari
para bard dari serangkaian fakta yang di ungkapin melalui media massa. Misalkan
di acara konser 2th Cherrybelle disitu ada adegan Jeje yang nyamperin Anisa and
ryn dan bilang kalau penampilan mereka istimewa, maka dibuat lah ff yang bilang
kalau mereka terjebak cinta segitiga (walaupun aku berharap gk da yg
buat..hehehe..)
D. RISET
“Buat apa riset? Kita kan lagi gak nulis
skirpsi? Yang penting kan kita tahu berita-berita terbaru tentang S4.” Mungkin
itu tanggapan kalian. Ya, kalau kita mau nulis FF canon yang setting, tokoh,
kisah dan tempatnya sesuai dengan aslinya. Maka satu-satunya yang perlu di
tambah cuma imajinasi kita.
Tapi kalau kita sampai menyinggung
lokasi lain, kayak supermarket yang ada di kota Jakarta atau halte bus atau
semacamnya. Kita butuh riset untuk kebenaran info, jadi setidaknya FF kamu ini
bukan sekedar FF asalan atau gak berinfo.
Gak usah muluk-muluk, yang kita butuhin
cuma sedikit kok :
- Peta/atlas
- Ensiklopedia (Kalau gk punya bukunya
bisa search online)
- sumber dari buku maupun dari web,
kalau kita mau membahas sesuatu lebih dalam (misalnya kita mau menceritakan
Alif menjadi vampire, bacalah dulu lebih jauh tentang vampire, apa
penangkalnya, apa bedanya hasil gigitan vampire asli dengan yang keturunan,
dsb). Dalam hal ini maka search engine adalah sahabat terbaik kita,
- orang-orang terdekat kita, baik di
dunia nyata maupun di dunia maya (contoh, dalam FF kamu, sang tokoh akan pergi
menonton bola bersama member S4 di England. Kamu Tanya aja temen cowok kamu
atau adik kamu yang suka bola nama stadion dan lain lainnya.)
Semua ini bisa menjadikan fanfic kita
lebih hidup, lho. Coba deh ..
Satu lagi yang tidak kalah pentingnya
adalah kamus. Kamus Bahasa Indonesia (kalau kamu mengarang fanfic dalam bahasa
Indonesia) dan Thesaurus (kalau kamu mengarang fanfic berbahasa Inggris). Kamus
penting untuk memperkaya kosa kata kita.
Coba bayangkan, kalau dalam fanficmu, setiap percakapan diakhiri dengan : kata Firly, kata Jeje, kata Arthur, kata Alif, dan seterusnya. Membosankan ?
Bandingkan jika kita menggunakan : kata, sahut, ujar, gumam, bisik, desis, geram, teriak, dan entah apa lagi yang ada dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Sebelumnya ada yang pernah mendengar kata : mencelos, berjengit, kebas, jembalang, dedalu ?
Jadi perkaya-lah perbendaharaan katamu, dan fanficmu akan semakin menarik, selama kata-kata itu digunakan dengan semestinya.
E. BETA-READER
Apakah Beta Reader itu ?
Mengapa penulis memerlukannya?
Bagaimana cara menjadi Beta Reader yang
baik ?
Tujuan Beta-Reader ialah agar penulis
bisa membuat cerita terbaik yang bisa ia buat. Dengan cara
menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam cerita itu, bagaimana cara
memperbaikinya, dan ditambah lagi dengan menunjukkan keunggulan cerita
tersebut.
‘Alpha-Reader’ adalah si penulis sendiri, yang
tentu saja melihat kelemahan dan keunggulan cerita dari sudut pandangnya selaku
penulis. Sedang para pembaca selanjutnya menjadi “Beta-Reader’, mereka
diharapkan dapat menemukan kelemahan-kelemahan dan atau keunggulan yang
terlewatkan oleh si penulis, karena dilihat dari sudut pandang selaku pembaca.
Inilah sebabnya Beta-Reader diperlukan,
untuk melihat dari lebih banyak sudut pandang, kelemahan-kelemahan cerita untuk
diperbaiki, dan keunggulan cerita untuk dipertahankan bahkan ditingkatkan.
Beberapa Beta-Reader mungkin akan lebih baik daripada hanya satu, karena orang
kan berbeda-beda. Ada yang teliti pada segala macam tatacara penulisan, tanda
baca, huruf kapital, penulisan yang dipisah atau disambung, kesalahan ketik,
dsb. Ada pula orang yang lebih jeli pada kesinambungan plot cerita. Ada yang
jeli pada kelemahan dialog, ada juga yang piawai dalam melihat efisiensi bahasa
(misalnya pada kata-kata yang tak berguna yang hanya membuat kalimat menjadi
panjang dan membingungkan) .
Tapi bukan hanya kelemahan lho, yang
harus disorot. Seorang Beta-Reader harus mampu:
1. Melihat dan menunjukkan
kelemahan atau kesalahan dalam cerita dengan jelas. Jadi bukan sekedar:
‘pusing lho baca ceritamu’, tapi lebih pada: ‘dialog dalam ceritamu kok nggak
pakai tanda kutip ya ?’
2. Menunjukan bagaimana cara memperbaikinya
3. Menunjukkan keunggulan atau
kelebihan cerita, dan sebaiknya kalau bisa : cara
meningkatkannya
F. WRITER’S BLOCK
Sering kita menemukan suatu ide yang
cemerlang, ‘Ting! Seperti ada lampu yang menyala di kepala kita’. Cepat-cepat
kita menuliskannya, tapi … setelah beberapa saat kok mandeg ya ?
Berikut mungkin berguna (juga untukku
sendiri, hehe ..) untuk mengatasinya.
* Pada saat kita mulai menulis, tentukan tujuannya, misalnya, FF ini akan berakhir dengan ‘jadian’-nya Alif dengan Yeye (?). Dari awal menuju tujuan itu buat kerangka kasarnya. Dengan demikian bila kita menemui kesulitan meneruskan, kita bisa melihat poin-poin yang tersusun, dan mungkin akan menimbulkan ide untuk mengembangkannya.
* Kalau kita masih mandeg pada bagian
tertentu, tapi imajinasi sudah melayang pada bagian lain, –misalnya sedang
mengerjakan terusan part 3, tapi kok yang terbayang adalah endingnya — tunda
saja dulu part 3 itu, kerjakan endingnya, mumpung lagi mood. Setelah itu baru
balik lagi ke part yang tadi ditinggalkan. Daripada kita berkutat di bagian
yang enggak maju-maju, sementara ide cemerlang tentang bagian lain jadi tak
tergarap ?
* Kalau masih juga mandeg, kerjakan saja
hal lain. Endapkan saja dulu FF itu, jalan-jalan kek, nonton, baca buku, masak,
(makan juga boleh) siapa tahu kita menemukan ide segar dengan cara ini ..
G. PERNAK PERNIK PENULISAN
Pedoman menulis:
* Plot is what happens in a story,
* What happens is what the characters do,
* What the characters do is determined by
who they are,
* Who they are is influenced by what
happens
Bingung ya ? Hoho .. maksud utamanya
adalah bahwa sebuah cerita yang baik adalah merupakan keterpaduan dari situasi
dan karakter/tokoh. Apalagi kita menulis fanfiction, berarti tokoh-tokoh dan
karakternya sudah ada pada idola idola kita. ditetapkan oleh penulis asli
(dalam hal ini JKR). Penulis yang baik tidak akan membuat Alif menjadi bodoh
dan malas (kecuali dalam kasus amnesia ..), atau Arthur menjadi sangat
memperhatikan penampilan tanpa sebab ( biasanya dia akan memperhatikan
penampilan pada kasus kasus tertentu). Hal-hal seperti itulah ..
Kesamaan ide :
‘Aku punya ide, gimana kalau Jeje jadi bodyguard,
terus Alif jadi supir, habis itu keduanya bla-bla-bla. Pas mau ditulis, eh ..
kok ada orang lain yang punya ide sama ya?’ Jangan kecil hati, tiap orang punya
style penulisan sendiri-sendiri. Dari gaya bahasa misalnya, ada yang suka
kalimat-kalimat panjang, ada yang pendek. Ada yang suka menuliskan dari sudut
orang ke-3, ada yang dari POV salah satu tokoh. Ada yang menulis gaya
‘real-time’ ada yang suka pakai flashback. Ada yang suka pakai bahasa
sehari-hari (not to mention ‘bahasa gaul’, ini cuma cocok untuk ficlet, FF yang
pendek. Kalau FF panjang pusing bacanya) ada juga yang suka pakai bahasa puitis
dengan berbagai pengandaiannya. Jadi, satu ide yang persis sama bisa saja
ditulis dengan gaya yang berbeda-beda.
Contoh gampangnya, cerita dengan tema
Love/Hate. Dari benci jadi cinta atau cinta segitiga, coba perhatiin deh.
Banyak banget kan FF yang ngangkat tema itu? Tapi ada gak yang gaya nulisnya
sama? Enggak kan? Nah itu, makanya kamu harus pinter-pinter ngatur bikin yang
terbaik dengan tema yang sama.
Jadi jangan kecil hati kalau ide-mu sama
dengan ide orang lain, karena tiap individu pasti punya ciri mandiri dalam
menulis .. kecuali kalau kamu kayak Minho yang nyontek PR nya Onew.. alias?
Plagiat!
Perlihatkan, jangan katakan :
Kamu mau bikin karakter Firly sebagai
seorang playboy? Bedain quote ini :
Firly adalah si playboy sekolah yang
selalu gonta-ganti pacar setiap minggu
Dengan
Firly memperhatikan anak baru yang sedang
berjalan di koridor, gadis berambut panjang dengan paras wajah lugu sukses
menarik perhatian Firly. “Hey! Jangan bilang kamu ngincer dia.” Ledek Arthur.
“Mungkin? Hahaha.” Jeje menyikut lengan Firly. “J.L mau kamu kemanain? Baru
juga jadian 3 hari yang lalu.” Sindir Jeje. “Kan cuma buat cadangan, hahaha.
Kalau di tolak ya udah, kalau di terima? Ya tinggal putusin J.L. Gampang kan?”
Jeje memutar bola mata mendengar jawaban Firly.
Beda kan? Nah, FF kamu bakalan kerasa
lebih hidup deh. Jadi usahain tuh karakter tokoh tersirat bukan tersurat
*halah*. Jadi biar aja reader yang mengambil kesimpulan tentang karakter tokoh,
kalau reader gak nangkep maksud kamu? Ada 2 kemungkinan, kamu menjelaskannya
kurang berhasil. Atau si reader yang gak focus bacanya.
H.
CROSSOVER
Pasti banyak dari kalian yang gak cuma
nge-fans sama S4 kan? Pasti ada yang ngefans sama BB lain, dan mau supaya kedua
BB itu bisa masuk dalam satu FF. Boleh kok, asalkan kita bisa mencampurkannya.
Walaupun ini cuma fiksi tapi setidaknya fiksi juga harus terlihat agak logis
kan? Jadi sebelum nyampurin tokoh S4 sama One Direction misalkan, kita harus
tahu apa mereka sama-sama kenal?
Kalau memang kenal baru bisa di bikin dalam
satu wadah FF. Bisa juga sih kalau kedua tokoh sama-sama gak kenal, asalkan ada
penggambaran logis bagaimana antar tokoh pada akhirnya bisa saling mengenal^^.
I. MARY SUE AND GARY/HARRY STU
Dalam sebuah FF mungkin kita ngerasa gak
puas dengan tokoh canon alias S4 terus, masalahnya S4 kan cowok semua. Gimana
kalau mau bikin cerita straight? Otomatis kita akan memasukan OC atau artis
lain kan dalam FF tersebut.
Misalkan kalian masukin seorang OFC nih,
ceritanya dia tuh cantik, pinter, kaya, baik apalah segala macem, terus
cowok-cowok pada naksir sama dia tapi dia cuma suka sama Jeje seorang misalkan.
Terus cerita berlanjut bla bla bla tapi setelah di tilik-tilik tahu gak? Di
teliti deh, ternyata karakter OFC ini si penulisnya banget deh. Nah ini berarti
FF yang di tulis sebagai tumpahan obsesi sang penulis supaya bisa jadian sama
Jeje. Perwujudan mimpi yang tak sampai, mungkin? Hohoho
Sebenernya dalam kasus ini gak apa-apa,
apalagi kalau penulisnya bisa ngarang cerita dengan halus jadinya pembaca gak
ngerasa. Tapi kalau pembacanya aja udah ngerasa sebel dan bisa menebak, “Aaaahh
ini sih author nye aje yang pingin jadian ama si Jeje =.=” itu berarti kita
udah nyiptain tokokh Mary Sue. Tokoh perfect sebagai tumbahan ambisi self
insert sang author cewek, kalau cowok istilahnya Gary/Harry Stu ya.
Gimana cara menghindari itu?? Stick to the
canon, artinya tetap pada kerangka baku yang ada. Jangan sampai si tokoh
ciptaan kita mendominasi cerita, apalagi sampai kerennya ngalahin S4 -.-. Itu
sih namanya ngajakin flame war atau adu bacot sama S4US. Hahaha
J. EDIT
Menulis itu sebenernya gambang, tapi
ternyata gak semua orang bisa menulis sebuah karya dengan baik dan benar.
Kenapa? Karena terburu-buru. Orang yang terbilang amatir dalam hal menulis
pasti gak sabar tulisannya di baca orang dengan sejuta mimpi bakal di terbitin.
Padahal karya atau tulisan yang baik gak bisa hanya dengan sekali tulis, semua
ada prosesnya.
Dalam proses penulisan setidaknya ada 5
tahap :
-
Tulis apa aja yang ada di dalem pikiran, imajinasi, mimpi, apapun deh
-
Edit
-
Edit
-
Edit
-
Edit
Edit, berarti menyunting atau
memperbaiki hasil tulisan. Kegiatan swa-edit mesti di lakukan sang penulis itu
sendiri, berulang-ulang sampai penulis puas dengan hasilnya.
Apa aja sih yang perlu di edit?
Pertama, kesalahan ketik.
Karena terburu-buru menuangkan ide takut
idenya pergi lagi, akhirnya kadang kita suka salah ketik. Aku juga kok, kadang
mengapa jadi megpa. Terus kadang juga system spelling and grammar di ms.word
mengubah beberala kata secara otomatis kayak panci jadi panic. Nah makanya itu
kita harus di baca ulang untuk memperbaiki salah ketik itu. Karena kalau saat
di publish masih ada salah ketik itu tandanya kita kurang teliti atau bahkan
gak kita baca ulang.
Kedua, pemakaian tanda baca.
Perhatikan benar kapan saatnya memakai
titik atau koma, tanda seru atau tanda tanya, koma atau titik koma, kutip dua
atau kutip satu, dll. Pemakaian tanda baca tentu sudah pernah kita pelajari di
sekolah. Kalau lupa, tinggal membuka ulang buku panduan EYD-nya.
Perhatikan juga masalah-masalah perbahasaan yang lain, seperti pemakaian
huruf kapital, kata depan, imbuhan, apa lagi ya….? Yah, prinsipnya, jadikan
kegiatan menulis kita sebagai salah satu sarana untuk mempraktekkan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
Buku acuan perbahasaan yang bisa kita pakai:
-tentu saja buku pelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah
-Komposisi, karya Gorys Keraf
-Buku Panduan EYD dari Pusbinbangsa
Ketiga, hubungan antar kalimat dan
paragraf
Ini sih udah jelas ya. Antar kalimat yang
satu dengan yang sesudahnya harus ada hubungan logis. Membuat hubungan antar
kalimat, misalnya dengan menggunakan kata referens, seperti: itu, ini, dia,
mereka, dsb. Kata-kata referens itu akan menjadi penunjuk yang menghubungkan
satu kalimat dengan kalimat sebelumnya.
Keempat, diksi atau pemilihan kata
Artinya memilih mana kata yang sesuai
dengan konteks kalimat. Dalam bahasa Indonesia (juga bahasa Inggris), terdapat
beberapa kata yang bersinonim. Akan tetapi, kalau ditinjau lebih jauh, tidak
semua kata yang bersinonim mempunyai arti yang persis sama, sehingga tidak
selalu bisa saling menggantikan dalam kalimat.
Mari kita lihat daftar berikut.
Melihat, menonton, memandang, menatap,
memperhatikan, mengawasi, melirik, mengerling, melotot, menjelit, mengintai,
mengintip, mempunyai makna kegiatan yang dilakukan oleh mata. Tetapi makna yang
dikandung masing-masing kata itu tidak persis sama. Contoh penggunaannya:
Alif memandangi anak laki-laki di
depannya. Dia memperhatikan rambutnya yang coklat muda, pakaiannya yang
longgar, postur tubuhnya yang kurus, profil wajahnya yang pucat, dan
perilakunya yang canggung. Terlalu canggung bahkan untuk ukuran seorang anak
yang baru saja akan masuk sekolah. Dan saat anak itu menoleh ke arahnya, Jinki
berkesempatan menatap matanya yang sembab dan lelah. Rasa penasaran menggoda
hatinya untuk berkenalan.
Pada paragraf tersebut, terdapat
kata-kata memandang, memperhatikan, menoleh dan menatap. Tetapi dari konteks
kalimatnya, kita dapat merasakan bahwa artinya berbeda. Oya, kita juga perlu
memperhatikan penggunaan istilah denotatif dan konotatif, eufimisme, serta
pergeseran, perluasan dan penyempitan makna kata.
K. ALUR CERITA
Sebuah karangan bisa dikatakan sebuah
cerita, bila mempunyai plot atau alur atau bisa juga jalan cerita yang jelas
dan memenuhi standart alur. Disana ada perkenalan, konflik, dan anti klimaks,
dimana hal-hal tersebut yang menjiwai sebuah cerita.
Singkatnya, sebuah cerita seharusnya
mempunyai bagian-bagian :
1. Pengantar
2. Inti cerita, yang terdiri dari:
-konflik
-klimaks
-anti klimaks
-klimaks
-anti klimaks
3. Penutup atau ending
Penjelasannya begini :
1. Pengantar
Biasanya bagian ini menguraikan sebuah
pengenalan secara keseluruhan, seperti pengenalan tokoh, setting cerita, dan
waktu cerita itu ada. Biasanya pada bagian ini kita belum menemukan konflik,
walaupun ada yang sudah mulai membuka konflik pada bagian pengantar, tetapi
biasanya hanya pembuka konflik, tidak langsung menciptakan konflik. contoh
:
Namaku Arthur, aku adalah manusia,
manusia biasa yang hidup dengan segala masalah…dsb
Itu dinamakan bagian pengantar, mengenalkan karakter tokoh, dia siapa dan
ada apa dengan dirinya. Tidak harus seperti contoh diatas sih, bisa saja kamu
mulai dengan…Pada suatu sore, di rumah nomer 4 yang terletak di kawasan kampus,
pinggiran kota Medan…dsb
2. Inti cerita
Kita bisa juga menyebutnya sebagai
batang tubuh cerita ( kaya UUD 45 gak ? ), di bagian ini kita menemukan sebagian
besar roh cerita. Karena bagaimanapun cerita dibangun dengan konflik atau
sebuah masalah untuk menarik minat pembaca, kalau tidak ada konflik, kan tidak
akan ada cerita. Betul, kan?
Inti cerita terdiri dari :
-Konflik
Pada bagian ini mulai dibangun sebuah masalah, jika kita menginginkan sebuah cerita dimana Jeje susah payah mengejar seorang wanita, dibagian ini kamu bisa memulai menggambarkan betapa susahnya Jeje harus mendapatkan perhatian dari wanita tersebut. contoh : Jeje ingin marah rasanya, mengapa dia selalu merasakan gadis itu tidak sungguh-sungguh memperhatikannya…dsb
-Klimaks
Kalau pada bagian konflik baru dibangun sebuah masalah, maka di bagian ini masalah sudah terbentuk dan tercipta suatu konflik yang akan mencapai penyelesaiannya, istilahnya kalau pertengkaran, bagian ini adalah bagian panas-panasnya, bagian yang menarik perhatian lebih besar, dimana pembaca dan penonton harus menahan nafas untuk mengetahui lanjutan ceritanya.
contoh : Gadis itu menggebrak mejanya, marah. ”Dia bukan pacarku !” serunya seraya berlari menjauhi Jeje…dsb
-Antiklimaks
Di bagian ini cerita mulai cooling down, artinya konflik sudah dapat diselesaikan atau bisa dibilang pada saat ini jalan keluar akan konflik mulai terlihat, perlahan-lahan konflik tidak dipertajam dan mulai cooling down. contoh : “Mungkin kita harus berhenti sekarang. Aku benar-benar tidak menyukaimu Jeje.” Jeje menghela nafas berat, tersenyum lalu mengangguk. Ia berfikir mungkin memang ini yang terbaik, mungkin gadis tersebut memang bukan jodohnya.
3. Penutup
Pada bagian ini biasanya merupakan
epilog dari cerita itu, atau juga susananya sudah mulai nyaman dan tenang. Sama
sekali tidak ada konflik dan yang ada hanya kedamaian dan tuntasnya cerita.
Untuk cerita bersambung, biasanya untuk penutup dibuat untuk menggiring kepada
cerita berikutnya.
contoh:
Acara kelulusan berjalana dengan lancar, Jeje tahu bahwa ia tidak akan pernah melupakan semua yang terjadi di SMA nya. Termasuk gadis yang ia kejar selama 2 tahun belakangan ini, tapi mungkin ia bisa bertemu gadis itu suatu saat nanti. “Sampai jumpa semuanya. Nanti, saat kita sudah sukses jangan saling melupakan ya! Kita harus bisa bertemu lagi di sini dan saling berbahagia atas kesuksesan kita masing-masing!” seru Jeje riang di sambuat seruan setuju teman-teman seangkatannya.
L. JENIS ALUR CERITA
Sebuah karangan dapat dikatakan cerita,
entah itu cerpen ataupun cerbung maupun novel, jika mempunyai plot atau alur
cerita yang bagian-bagian plot sudah diuraikan sebelumnya. Tanpa plot, sulit
dikatakan bahwa itu sebuah cerita. Karena sedatar apapun cerita yang kita buat,
pasti mengandung konflik, walaupun bukan konflik tajam, konflik merupakan emosi
dari sebuah cerita. Disana kita bisa paham apakah si tokoh sedih, gembira,
ataupun marah. Jika tidak ada penggambaran emosi, maka tidak tercipta karangan
yang menarik. Dan jika tidak ada konflik, apa yang menarik pembaca untuk
menyimaknya ?
Plot cerita sudah diuraikan sebelumnya,
bahwa paling tidak cerita itu harus memuat pembukaan, konflik, dan penyelesaian
konflik. Lebih detailnya, memang cerita disarankan ada pembukaan yang
menguraikan pengenalan cerita, lalu penciptaan konflik, lalu klimaks yang
merupakan bagian dimana konfliks jadi sorotan utama, kemudian anti-kilmkas
dimana konflik sudah mulai turun, dan penutup dimana cerita sudah cooling down
dan siap untuk diakhiri. Jika bagian dalam karangan ada bagian-bagian tersebut,
maka karangan tersebut berhak dinamakan sebuah cerita.
Setelah kita mendapati bagian-bagian
cerita tadi, maka kita bisa lihat, ada jenis-jenis plot, atau alur
cerita. Ada beberapa jenis plot atau alur cerita, yaitu :
*ALUR MAJU (PROGRESS)
Artinya plot cerita berjalan berurut,
dari pengenalan sampai penutup. Si pengarang menguraikan cerita dimulai dari
pengenalan tokoh, setting cerita, dan waktu cerita itu terjadi. Setelah
pengenalan dimulai membuka konflik atau permasalahan, kemudian mempertajam
permasalahan dan penyelesaian masalah, semua disajikan secara berurutan.
*ALUR MUNDUR (FEEDBACK)
Artinya, cerita bisa dimulai dari konflik
dahulu, baru pengenalan kemudian penyelesaian masalah, sehingga kita terkesan
membaca sebuah cerita yang bercerita tentang masa depan sang tokoh dahulu, baru
mengetahui latar belakang sang tokoh kemudian. Bisa dibilang cerita ini adalah
alur melompat, karena langsung menuju inti cerita baru pengenalan.
*ALUR BERCAMPUR (MIX)
Artinya kedua alur tersebut bisa dipakai
keduanya, ini bisa terjadi untuk cerita bersambung atau novel. Misalnya diawal
cerita sudah melakukan pengenalan, kemudian ada konflik, lalu cerita mundur
berbalik sebelum peristiwa yang diceritakan terjadi, entah untuk melakukan
pengenalan lebih jauh atau untuk mempertajam konflik. Kita lihat pada cerita
Harry Potter dan batu bertuah, ada pengenalan pada Bab awal, lalu terjadi alur
maju sampai Harry mendapatkan surat untuk masuk ke Hogwarts. Ketika Hagrid
datang untuk menjemput Harry Potter, Hagrid sedikit menceritakan masa lalunya,
ini bisa dibilang cerita kembali ke belakang, ke waktu sebelum setting yang
dipaparkan si pengarang saat itu.
Untuk membuat cerita memang bebas kita
memilih, akankah kita memulai persoalan dahulu baru pengenalan dan
penyelesaian, atau diurutkan dari pengenalan baru ke inti masalah, bagaimana
kita sebagai pengarang bisa enak membuat cerita dan dapat dinikmati pembaca.
Dan bukan berarti dengan adanya plot cerita dan jenis-jenis alur cerita, kita
jadi terbatas berekspresi. Ini hanya dipaparkan untuk kita jadikan pedoman,
apakah karangan kita layak disebut cerita atau tidak. Karena kalau cerita tanpa
adanya konflik, apa yang dapat kita rasakan? Bukankah ketika kita membuat
cerita untuk mengajak pembaca memahami emosi yang terjadi pada cerita itu?
Lalu ada pertanyaan, apakah harus selalu
ada konflik dalam sebuah cerita ? Bisa dikatakan, konflik adalah bagian dimana
sebuah cerita itu ada. Dan konflik sendiri tidak harus tajam dengan
pertengkaran atau persaingan satu tokoh dengan tokoh utama. Konflik batin atau
kesedihan tokoh utama juga merupakan konflik. Konflik pada cerita merupakan
penggambaran emosi pada cerita tersebut, entah itu cerita drama, aksi, atau
misteri. Pernah membaca cerita Atheis karangan AA Navis ? disana lebih
menggambarkan konflik batin si tokoh agama yang tidak merasakan kedamaian
dirinya dalam beragama sehingga akhirnya memilih menjadi atheis, dan walau pada
kenyataannya si tokoh mati dalam keadaan bingung. Tidak ada konflik
pertengkaran yang tajam, walaupun tidak bisa dibilang cerita itu datar.
Atau mungkin kita masih ingat karya Siti
Nurbaya, Kasih tak Sampai nya Sutan Takdir Alisyahbana. Disana juga bukan
konflik pertengkaran yang lebih ditonjolkan, lebih pada kesedihan dua tokoh
utama yang cinta mereka tidak pernah kesampaian sampai akhir hayat mereka.
Perasaan sedih kedua tokoh ini juga merupakan konflik yang cukup tajam.
Pada intinya konflik adalah jiwa dari cerita,
dimana pembaca bisa merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh tersebut, tidak
harus dengan dialog, tetapi penuturan si pengarang yang menggambarkan rasa hati
si tokoh.
contoh : Tetapi di sela-sela
kesibukannya, Jeje tetap mengirimkan surat untukku. Menceritakan tentang
kuliahnya, tentang gadis itu yang masih terkenang, tentang dosennya, tentang
gadis itu yang sangat cantik, tentang teman-temannya yang gila, tentang gadis
itu yang masih tidak bisa di lupakan, tentang hari-harinya, tentang kenangannya
dulu dengan gadis itu.
Uraian di atas sudah menjelaskan,
perasaan tokoh yang bosan selalu mendengar cerita mengenai gadis tersebut
disetiap percakapannya dengan Jeje, dan perasaan bosan itu dipicu rasa
cemburunya ada wanita lain diantara keduanya.
Sudah jelas kan, kala pembagian yang aku
uraiakan diatas bukan untuk mematikan semangat kita untuk menulis, tetapi lebih
untuk menjaga jalan cerita yang kita inginkan supaya tidak malah mematikan
perasaan bosan kita sendiri untuk menuntaskan cerita yang sudah susah payah
kita bangun. Rugi kan rasanya, ide sudah ada dikepala kita terpaksa kita
hentikan penggarapannya karena si penulis terjangkit rasa bosan terhadap
karyanya sendiri ? Nah, aku rasa cukup uraianku.
Mudah-mudahan berguna untuk kita membuat
FF lebih ok dan bagus lagi. Selamat berkarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar