Minggu, 18 Agustus 2013

DISTURBANCE Part 1

Title                :  DISTURBANCE
Author           :  Min_Sera
Main Cast      :  Arthur
    Sera ( Author numpang eksis)
Support Cast :  Alif
    Yuna (Imaginer)
Length            : 2.275 words
Genre             : Romance, Sad, Friendship
Rating            :  PG-13
Summary       : Aku memilih untuk diam bukan karena aku takut tidak kau dengar. Tapi aku menahan keegoisanku agar hubungan ini baik – baik saja. Aku yakin jika kau benar – benar mencintaiku dengan tulus, maka kau tak kan membiarkanku menangis memohon agar kau lebih mengerti akan perasaanku.
A.N                 : Sebenarnya ni FF mang murni dari pemikiran author, tapi waktu di baca – baca lagi kok jadi mirip ma lirik lagu BoA yang judulnya Disturbance ya?.*pasang muka polos =D . Jadi author mohon maaf yang sebesar besarnya bila terdapat kesamaan jalan cerita yang merupakan kebetulan belaka. Peace
Oya, anggap semua cast yang ada di FF ini seumuran. And the last words, Happy reading...


Part 1

Sera menundukkan wajahnya tanpa sekalipun mengalihkan pandangan dari handphone nya. Ia sudah melakukan kegiatan ini hampir 2 jam. Terus menunggu tanpa ada kejelasan itu sangat menyebalkan. Itu juga yang sebenarnya dirasakan oleh Sera saat ini. Namun keyakinannya akan kedatangan sang kekasih tercinta mengalahkan segalanya. Sera mulai mengangkat wajahnya ketika ia melihat ada seseorang yang menyodorkan sekantong plastik yang berisikan biskuit dan sebotol air mineral.

“Terima kasih” Sera mengambil bungkusan itu sambil tersenyum tipis.

“Ini sudah hampir dua jam, dan kau masih menunggunya disini? Cih.. tidak bisa dipercaya.” Geram  Alif.

“Seharusnya tadi kau ikut makan bersama kami”  Yuna menatap miris ke arah Sera. Ini sudah hampir jam tiga, kalaupun ia makan sekarang, bukankah hal ini tidak bisa lagi disebut makan siang?

“Nggak apa apa koq. Lagi pula aku belum lapar. Kalian kan tau kalau aku paling susah makan” Sera memaksakan tawanya.

Alif dan Yuna saling menatap penuh tanya, meraka memang sudah hampir tidak mengenal sahabat mereka ini. Sera yang dulu terlihat sangat periang, sekarang sudah berubah menjadi orang yang murung dan terkesan menutup diri bahkan kepada mereka berdua. Ini terjadi semenjak Sera mulai dekat  dengan Arthur, seorang mahasiswa yang cukup terkenal dikampusnya karena wajahnya yang memang diatas rata – rata. Bukan hanya itu, ia juga terkenal aktif sebagai pemain basket di kampus mereka, plus sikapnya yang cukup dingin membuat siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona.

“Tidak usah memaksakan diri untuk tertawa. Kau terlihat menyedihkan” ucap Alif menghentikan tawa Sera.

Drrrttt drrrrttt...

Sera segera membuka pesan yang masuk ke handphone nya. Setelah membaca pesan tersebut, sera segera menundukkan wajahnya. Sekarang air matanya mulai menetes. Dia sudah tidak sanggup untuk membendung semua rasa yang terkumpul di dalam dadanya. Melihat hal tersebut Alif segera mengambil handphone yang dipegang oleh sera dan membaca pesan tersebut. Alif benar benar tidak percaya dengan apa yang sedang di bacanya.

“Sekarang sudah jelas. Sampai kapan kau akan bertahan dengan semua ini?” suara Alif mulai meninggi.

“Sudah lah, Lif, hentikan semua ini” Yuna segera mendekat ke arah Sera dan langsung memeluknya. Air mata Sera semakin deras mengalir, isakan – isakan pun semakin kuat terdengar. Dadanya terasa tidak mampu menahan semua rasa itu. Rasa kesal karena telah menunggu lama dan sekarang rasa kecewa karena Arthur ~lagi – lagi~ membatalkan janjinya.

“Sudah lah, ku antar kau pulang sekarang.” Ucap Alif sedikit merendahkan suaranya kembali. Walaupun saat ini dia marah, tapi ia tau kalau ia meluapkan semua amarahnya akan membuat Sera semakin terluka.

@ Sera’s home

Sera lagi – lagi memandangi handphone nya. Suatu kegiatan yang telah rutin dia lakukan akhir – akhir ini. Dia benar benar tidak percaya bahwa Arthur tidak juga menghubunginya sejak mengirimkan pesan terakhir kemarin. Kesibukan apa yang dilakukan oleh Arthur sampai ia tidak mempunyai waktu untuk menelfon atau hanya sekedar mengirimkan satu sms untuknya. Sera melihat foto yang menjadi wallpaper handphone nya. Foto itu adalah foto dirinya dan Arthur yang diambil  5 bulan yang lalu.

“Sudah lama sekali, aku ingin kembali pada saat kita masih saling perhatian dulu. Aku merindukanmu” Sera  berbicara pada foto Arthur seolah foto itu akan mendengar semua curahan hatinya. Sera mengalihkan pandangannya  ke arah luar  jendela kamarnya dan menatap jauh dengan pandangan kosong.

~Flashback~

Sera P.O.V

“ Terus Arthur.. oper bolanya.,. ya... yeee..” aku terus bersorak memberi dukungan kepada Arthur. Sebenarnya bukan hanya aku yang yang bersorak, seluruh orang yang ada di lapangan ini juga ikut bersorak sepertiku. Ya, ini adalah pertandingan final antara kampusku dengan Universitas Satria Agung. Kampus kami mendapat kehormatan sebagai tuan rumah, Jadi wajar rasanya kalau kami memiliki supporter yang lebih banyak.

“MASUK.. Yeee..” teriak kami serentak ketika Arthur berhasil membuat triple point untuk kampus kami.

Setelah memasukkan point, Arthur berlari untuk kembali ke posisi awalnya. Tapi tidak lupa dia tersenyum dan mengacungkan jempolnya kearah ku. Seluruh supporter yang duduk di sisi bangku penonton yang sama dengan ku kembali bersorak lebih keras.

“Yuna..Alif.. kau lihat itu. Arthur mengacungkan jempolnya kearah ku. Kyaaaa,,,” ucapku bersemangat sambil menarik narik tangan Yuna dan Alif yang duduk di sisi kiri dan kananku.

“Iya, aku tidak buta” ucap Alif sambil menepis tangan ku.

“Hentikan Sera, ini sakit” sekarang giliran Yuna yang berkomentar. Aku bisa melihat wajahnya meringis karena menahan sakit akibat tarikanku di lengannya tadi.

“Sorry.. Aku terlalu bersemangat..hehehe..” aku segera menghentikan kegiatan tarik menarikku di lengan kedua sahabatku ini.

“aissh..” Alif membuang mukanya dariku, sedangkan Yuna hanya memutar bola matanya malas. Mereka memang tidak terlalu suka menonton pertandingan basket, tapi karena aku yang memaksa akhirnya mereka terjebak juga di ruangan segi empat ini bersamaku dan banyak orang lainnya. Oleh karena itu aku tidak terlalu mempermasalahkan sikap mereka yang sedikit kesal.

Prriiittt..priiittt..prrrriiiittttt...

Akhirnya pluit panjang terdengar menandakan berakhirnya pertandingan ini. Tim kami menang telak atas tim lawan. Sorak sorai semakin kuat terdengar di seluruh ruangan, bahkan aku sangat yakin sorak sorai ini terdengar sampai keluar gedung. Aku masih tetap memperhatikan Arthur yang berpelukan dengan teman satu tim dan juga pelatihnya. Aku turut tersenyum menyaksikan senyuman yang merekah di bibir mereka semua.

“ Akhirnya selesai juga” Alif langsung berjalan ke arah pintu keluar meninggalkan aku dan Yuna.

“Ayo kita keluar, sebentar  lagi pintunya akan di penuhi  banyak orang” kata – kata Yuna berhasil menyadarkanku.

“Oh iya,,” jawab ku sambil mengikutinya ke pintu keluar.

Aku menghentikan langkahku ketika aku merasakan handphone ku bergetar. Aku mendapatkan satu pesan yang membuat ku tersenyum.

Message from : my prince Arthur
Tunggu aku di luar. Ada yang ingin ku bicarakan. Love you
Message to : my prince Arthur
Okey.. love you too. <3

Alif dan Yuna memandang aneh terhadap ku. Aku tau tingkah ku saat ini pasti sangat memalukan, tapi aku juga tidak bisa mengontrol diriku sendiri untuk tidak tersenyum.

“Bisa kah kalian pergi duluan? Aku ada sedikit urusan” ucap ku hati hati karena tidak ingin membuat sahabatku kecewa.

“Tapi kita sudah janji mau makan bareng, ra” aku mendengar ada sedikit kekecewaan dari nada bicara Yuna.

“Maaf” aku menangkupkan kedua tanganku di depan dada sebagai tanda aku benar – benar meminta maaf.

“Sudah lah Yuna, kita pergi berdua saja.” Alif menarik tangan Yuna kasar. Aku tau sahabatku yang satu ini pasti marah. Dia memang tidak senang melihatku dekat dengan Arthur. Jangan tanya mengapa, Karena aku juga tidak tau alasannya.

“Apa kau sudah lama menunggu?”

Aku sedikit terkejut mendengar suara itu. Suara dari orang yang sangat ku kagumi dan selalu ku rindukan. Kau mungkin tidak kan mengerti dengan apa yang aku rasakan kalau kau  tidak sedang jatuh cinta.

“Be..belum koq” jawabku terbata – bata. Oh Tuhan. Aku bahkan tidak tau bagaimana bentuk mukaku pada saat ini. rasanya aku ingin membenamkan wajah ke dalam tanah untuk menutupi rasa maluku ini.

“Ha.ha.ha. kau lucu sekali” tawa Arthur  lepas. Aku tidak pernah melihatnya tertawa seperti ini sebelumnya. Benar benar membuat hati ku tentram hanya dengan mendengarnya.

“Apa yang ingin kau bicarakan” aku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan setelah kami hanya saling menatap untuk beberapa saat. Kulihat Arthur mulai mendekatkan wajahnya ke wajah ku. Oh God.. apa yang akan dia lakukan? Karena sangat gugup, aku hanya dapat memejamkan mataku.

“aku sangat lapar. Mau kah kau menemaniku makan?” Bisik Arthur tepat di telingaku.

Hah???.. kulihat Arthur mulai tertawa lagi. apa yang aku pikirkan? Aku menundukkan wajah ku dalam – dalam .Aku benar benar malu. Pasti saat ini Arthur berpikir bahwa aku sangat mesum. Seseorang tolong selamatkan aku. Aku ingin mati saat ini dan di tempat ini juga.

Tapi aku segera mengangkat wajahku ketika kurasakan Arthur mulai menggandeng tanganku lembut. Kulihat sekarang ia tersenyum manis ke arah ku. Sebuah senyuman yang aku harap hanya untuk ku saja. Dan baik... Kutarik ucapan ku sekarang tentang keinginanku untuk mati tadi. Aku masih mau hidup dan kuharap waktu berhenti di detik ini  juga.

######~~~~~~######~~~~~~#######

Tidak terasa kami sudah menjalani hubungan selama dua tahun. Hubungan kami masih baik – baik saja. Arthur sangat perhatian padaku, baik di sela sela kesibukannya latihan maupun bertanding basket, ia selalu berusaha menghubungiku. Jika ku cerita kan tentang hal apa saja yang kami lakukan, aku yakin siapapun akan bosan. Karena setiap hari kami hampir melakukan hal yang sama. Tidak ada pertengkaran dalam hubungan kami.

Tapi aku merasa hubungan ini mulai merenggang sekarang. Mungkin karena kesibukan kami berdua. Kami sudah jarang keluar bersama. Bahkan sekarang dia mulai jarang mengangkat telfon dariku. Kalau pun dia menjawab panggilan ku itu hanya sebentar, tanpa sempat aku menanyakan lebih dari dua kalimat.

“Hallo”

“Hallo. Apa yang sedang kau lakukan sekarang?” tanya ku hati – hati. Aku tidak mau mengganggunya seperti panggilan – panggilan ku yang lalu.

“Maaf Sera. Aku sedang sibuk sekarang. Nanti ku telfon balik. Okey.”

Tuutt..tuutt..tuutt.

Lagi – lagi dia mematikan telfonnya tanpa menjawab pertanyaan ku dan berjanji akan menelfon balik. Tapi itu hanya janji. Karena setelah mematikan telfon dariku, dia sama sekali tidak pernah menelfonku lagi. And one more thing. Aku merasa dia semakin jarang bilang kalau dia mencintaiku.


~Back to present~
Author P.O.V
Sera menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur miliknya. “Apa kau sudah bosan padaku?” ucap sera lirih sambil menatap langit langit kamar , air mata mulai menetes lagi membasahi pipinya. Entah mengapa perasaannya mulai sensitif. Air matanya seolah mudah keluar setiap mengingat hubungannya dengan Arthur.

Sera buru – buru bangkit mengambil hp nya yang berdering. Ia sungguh berharap kalau Arthur akan menghubunginya sekarang. Namun sepertinya ia harus menunggu lebih lama lagi, karena si penelpon tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Sera.

“Ya” jawab Sera singkat setelah mengangkat handphone nya.

“Sera kau sudah bangun? Bagus lah.. hari ini ada diskon besar – besaran, apa kau mau menemaniku belanja?” ucap Yuna tanpa memberi jeda pada Sera untuk menjawab pertanyaannya.

“Aku ingin menghabiskan hari libur ini untuk tidur, Yuna” jawabku malas.

“Apa? Kau minta jemput? Baiklah. Akan ku jemput kau sekitar jam 10, jadi kau punya waktu untuk bersiap siap selama 1 jam ke depan. See ya”

“Tapi.. aishh.. anak ini benar benar membuat ku kesal” Sera meletakkan hp nya kembali ke meja riasnya setelah Yuna memutuskan panggilan mereka. Ia tau, ia harus segera bersiap – siap bila tak mau mendengar omelan Yuna satu harian ini yang akan membuat mood nya semakin jelek.

Sera mengambil  handuk sebelum masuk kedalam kamar mandi. Ia merasa bahwa menemani Yuna berbelanja bukan hal yang buruk. Karena mungkin hal ini bisa membuat Sera sedikit melupakan masalahnya dengan Arthur walaupun hanya sesaat.

@ mall
Sera P.O.V
“ Kita masuk ke situ dulu “ ucap Alif ngotot sambil menarik tangan Yuna ke arah distro yang menjual pakaian laki laki. Well, aku agak sedikit lupa menceritakan kegemaran sahabatku yang satu ini. Walaupun kau melihat dia sebagai pribadi yang cool, tapi satu hal yang harus kau tau kalau dia itu hobby berbelanja. Bahkan terkadang dia jauh lebih bersemangat untuk belanja dari kami berdua yang sebenarnya adalah seorang wanita.

“Bisa kah kau lebih pelan sedikit? Pergelangan tanganku hampir putus.”  Yuna mencoba melepaskan tangan Alif dari pergelangan tangannya. Walaupun itu sia – sia karena kekuatan tangan Alif lebih besar darinya.

Aku tidak bisa berhenti tertawa melihat tingkah kedua sahabatku ini. Mereka memang selalu bisa membangkit kan mood ku kembali. Aku terus mengikuti mereka dari belakang.  Namun Senyum ku memudar ketika aku mengalihkan pandangan  pada seseorang yang sepertinya kukenal. Seorang yang memiliki tubuh yang tinggi, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus. Dia juga memiliki kulit yang putih bersih seperti susu.

Aku berusaha untuk mengingkari penglihatan ku. Bukan karena aku tidak ingin melihatnya saat ini. Tapi karena dia tidak berjalan sendirian. Aku melihat ada seorang gadis  yang menggelayut mesra di lengan kirinya. Dan sesekali Arthur tertawa sambil mengelus puncak kepala wanita itu. Hal yang sudah lama tidak dia lakukan padaku.

Dadaku sangat sesak. Aku merasa ada benda seberat puluhan ton yang menimpah dadaku. Tanpa kusadari air mata ku mulai mengalir lagi. Aku bahkan tidak memperdulikan anggapan orang yang sekarang sedang memandang ku dengan berbagai ekspresi. Aku mulai berbalik arah dari meraka. Aku terus berlari kecil sambil terus menyeka air mata ku. Tatapan ku mulai mengabur karena air mata yang tetap saja terus mengalir, padahal aku sudah berusaha untuk  membendungnya. Aku terus merutuki diriku sendiri di dalam hati karena telah melakukan hal bodoh semacam ini. Kenapa aku harus berlari? Bukankah aku harus menemuinya dan bertanya hal apa yang sebenarnya terjadi?   Tanpa ku sadari aku menabrak seseorang yang berada di depan ku. Aku berusaha menjaga keseimbangan ku agar aku tidak terjatuh.

“Kau tidak apa – apa?” ku dengar ia bertanya pada ku dengan nada khawatir

Bukannya menjawab pertanyaannya, tangisku malah semakin pecah. “Kenapa kau lakukan ini padaku? Apa salahku padamu? Apa kurangku?” aku terus menangis sambil memukul dada laki – laki yang ada dihadapanku sekarang ini. Aku sudah tidak peduli dengan apa yang terjadi, dengan apa yang dipikirkan oleh orang orang di sekitar ku. Bahkan aku tidak peduli dengan apa yang di rasakan oleh orang yang ku pukul saat ini.  Tuhan, cabut nyawaku sekarang. Aku benar – benar tak ingin hidup lagi.

TBC

Huuwaahh.. part 1 nya selesai juga ni. Ada yang mau kasi kritik dan sarankah?? Author tunggu kritik dan sarannya, yang maw nge–bash juga gk papa kok.. tu bakal author jadi’in pelajaran yang puaaaliing berharga.. See Ya di part selanjutnya...* lambai – lambai tangan..^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar