Title : DISTURBANCE
Author : Min_Sera
Main Cast :
– Arthur
– Sera
( Author numpang eksis)
– Jeje
Support Cast : – Alif
– Yuna
(Imaginer)
– Firly
– Naya
(Imaginer)
Length :
2.954 words
Genre :
Romance, Sad, Friendship
Rating : PG-13
Summary : jangan pernah membuat wanita yang kau
cintai menangis. Karena akan sangat menyakitkan ketika ada laki laki lain yang
membantu menghapus air matanya.
A.N : warning! part ini mungkin
akan lebih panjang dari part2 sebelumnya.
Arthur P.O.V
Firly
mendorong tubuhku ke tembok sambil mengepalkan tangannya dan bersiap
melayangkan pukulan ke arah wajahku. Aku segera menutup mataku. Aku sudah siap
menerima semua pukulan yang akan diberikannya, karena aku merasa memang pantas
mendapatkannya. Kalau aku menjadi Firly aku juga akan melakukan hal yang sama.
Walaupun hubungan Firly dan Sera tidak terlalu dekat, namun mereka tetap
memiliki hubungan persaudaraan.
Bukannya
merasakan pukulan dari Firly, aku malah merasakan cengkraman tangannya di kerah
bajuku semakin melonggar. Aku memberanikan diri membuka mataku untuk memastikan
alasan Firly yang tidak juga memukulku. Ku lihat dia berbalik setelah
melepaskan kerah bajuku.
“Jangan
sakiti dia lebih dari ini. Lepaskan dia kalau kau benar – benar sudah bosan
padanya” suara Firly sedikit bergetar. Aku tau dia pasti menahan amarahnya
sekarang.
Dia
terus keluar dari kamarku tanpa sedikitpun menoleh ke arah ku. Aku bingung
bagaimana aku bersikap esok hari jika kami bertemu. Bagaimanapun juga kami hanya
tinggal berdua di rumah ini.
Aku
menjatuhkan tubuhku secara kasar ke atas ranjang sambil mengacak rambutku
frustasi. Tanpa kusadari tanganku telah mengambil handphone di kantong
celanaku. Aku memperhatikan foto ku dan Sera yang menjadi wallpaperku. Foto
yang memperlihatkan betapa bahagianya kami pada saat mengambil gambar tersebut.
Aku juga bingung, menguap kemana rasa sayang ku yang dulu?
Tiba
– tiba perkataan Firly sebelum keluar dari kamar kembali terbesit dalam
pikiranku.
“Baiklah.
Aku rasa ini adalah keputusan yang terbaik. Aku tidak bisa terus menyakitinya
seperti ini” aku berkata pada diriku sendiri. Aku mendudukkan diriku masih di
atas ranjang sambil mencari nama Sera dan segera menekan tombol dial di handphone ku.
Namun
aku segera menekan tombol End sebelum dia mengangkat panggilanku. Aku memang
sudah bosan kepadanya. Namun tidak pernah sekalipun terbesit dalam pikiranku
untuk melepaskannya.
“AAACCCHHHHHHH...”
aku menjerit sambil membanting handphone ku ke dinding. Kulihat sepihan handphone
ku berserakan di lantai. Aku benar – benar bingung akan keputusan apa yang
harus aku ambil saat ini.
~~~~####~~~~####~~~~####~~~~
Author
P.O.V
Alif
melangkahkan kakinya gontai saat memasuki halaman rumahnya. Ia terus berjalan sambil
menundukkan wajah. Masih terlihat sisa – sisa amarah di raut wajahnya. Namun ia
segera mengangkat wajah ketika ia melihat ada seseorang yang tidur di sebuah
kursi di teras rumahnya. Alif terus memperhatikan wajah orang tersebut. Namun
ia masih yakin kalau wajah orang tersebut sama sekali tidak familiar.
“Hei..
Bangun..” ucap Alif memberanikan diri untuk mengguncang tubuh orang tersebut.
Orang
tersebut mengucek matanya pelan. Terlihat sangat jelas kalau ia masih sangat
mengantuk. Namun ia memaksakan diri untuk bangkit.
“AALLIIIIFFFF...”
teriaknya sambil memeluk tubuh Alif. Alif tidak bisa bereaksi karena ia masih
Shok dengan ‘serangan’ tiba – tiba dari orang yang ia rasa asing tersebut.
“Uhuk..uhuk..
Bisakah kau lepaskan pelukanmu? Aku tidak bisa bernafas..uhuk” Alif bersusah payah mengucapkan kata – katanya.
“Oh..
Sorry. I’m over Exited. You know, I miss You so bad” orang itu berbicara sambil
melepaskan pelukannya. Tanpa di beri tau pun Alif sudah tau kalau dia terlalu
senang. Hal itu terlihat jelas dari tindakan yang diperlihatkannya sedari tadi.
“Tapi
aku tidak mengenalmu” ucap Alif polos
“WHAT?
Are you kidding me? Come on, Alif” ucap orang itu kecewa.
“Bisakah
kau berbicara dalam bahasa Indonesia? Kau semakin membuatku bingung” kata Alif
masih dengan wajah polosnya.
“Hahahaha.... Sorry..I forget if your score in English
lesson so bad when we were in Senior High School ” bukannya menjawab pertanyaan
Alif, orang itu malah tertawa keras.
“Kalau
kau hanya berniat menghinaku, lebih baik kau pergi dari rumahku” orang itu berhasil memancing kembali amarah Alif yang
sudah dibendungnya sejak tadi. Namun sebelum Alif berjalan semakin jauh, orang
tersebut segera menarik tangan Alif.
“Apa
kau benar – benar tidak mengenali ku? Tolong kau lihat aku lebih jelas” ucap
orang tersebut memelas.
Alif
memperhatikan orang itu dari ujung kaki sampai rambut. Tubuh yang tidak terlalu
pendek dan tidak terlalu tinggi, badannya juga terlihat porposional. Rambut
blonde nya, kulit yang putih. Dan.... CLUELESS.
“Aku
benar – benar tidak mengenalimu. Bisa kah kau tidak bermain tebak – tebakan
denganku? Aku sedang tidak ingin berpikir sekarang.” ucap Alif dengan kesal.
“Baik
lah. Aku... JEJE. J.E.J.E. Apakah kau
masih tidak mengenaliku?” ucap lelaki itu sambil mengeja setiap huruf dari
namanya.
“APA?
Benar kah kau Jeje. Aaaaccchhhh” teriak Alif sambil memeluk Jeje.
“Kenapa
kau yang berubah over exited begitu..uhuk..uhuk.. lepas kan aku. Kau bisa
membunuhku” perkataan Jeje terputus – putus karena menahan sesak di dadanya.
“Hahahaha.
Aku hanya ingin kau merasakan apa yang aku rasakan tadi” sekarang Alif yang gantian menertawakan Jeje.
“Tapi ada apa dengan dirimu?” ucap Alif sambil membalik tubuh Jeje ke depan dan
ke belakang lalu kembali menghadapnya lagi.
“Hentikan
itu. Aku masih lelah, Alif. Kau tidak tau
apa saja yang telah ku alami hari ini” Jeje segera melepaskan tangan Alif yang
masih memegang tubuhnya
“Baiklah.
Kita masuk dulu” Alif segera menuntun Jeje masuk ke dalam rumah.
“Tunggu
sebentar” Jeje kembali ke tempat ia tidur sebelumnya. Dia mengambil barang – barang
hasil ‘buruannya’ di Mall satu harian ini.
“Apa
itu?” tanya Alif sambil menunjuk ke arah bawa’an Jeje.
“Hahaha..
Hasil berburuku selama satu harian ini” ucap Jeje sambil mengangkat
belanjaannya bangga.
“Ishhh..
Kapan kau akan merubah kebiasaan burukmu itu?” ucap Alif sambil memalingkan
wajahnya. Sebenarnya Alif tersenyum dalam hati. Untung ia meninggalkan barang
belanjaannya di dalam mobil yang ia titipkan ke Yuna. Jadi dia bisa bebas
meledek sahabat lamanya ini.
~~~~####~~~~####~~~~####~~~~
“Sebenarnya
apa yang kau lakukan pada tubuhmu?” ucap Alif sambil meletakkan minuman yang
baru dia bawa dari dapur.
“Tidak
ada perlakuan khusus. Aku hanya berusaha menjaga penampilanku” jawab Jeje lalu
meneguk minuman yang di berikan oleh Alif.
Alif
dan Jeje adalah teman dekat ketika SMA. Mereka punya banyak persamaan. Mulai
dari sifat maupun kebiasaan. Kebiasaan itu meliputi suka membuat onar dan
belanja pastinya. Ada saja hal aneh yang akan terjadi jika mereka sudah
disatukan. Itu sebabnya mereka sering di sebut Duo Trouble Maker oleh orang – orang
yang mengenal mereka.
“Tapi
aku benar – benar tidak bisa mengenali mu tadi. Aku masih ingat terakhir kali
kita ketemu dulu kau mempunyai tubuh yang..”
“Sudah
lah,Lif. Bisakah kau tidak mengungkit masa laluku lagi. Aku merasa malu” Jeje
segera menyela ucapan Alif
“
Hahaha..Baik lah.. Baik lah..” ucap Alif tertawa geli melihat ekspresi sahabatnya
itu.
Siapa
pun pasti akan merasa malu jika kau hanya menyebutkan tentang kejelekan mereka
yang sebenarnya ingin mereka tutupi. Tapi Alif memang merasa penasaran dengan apa
yang dilakukan Jeje pada tubuhnya. Dia masih ingat betul bahwa dulu Jeje
memiliki tubuh yang cukup tambun, tapi itu lah yang membuatnya terlihat imut.
Namun dengan tubuhnya yang proposional, rambut yang berwarna blonde, lalu di
tambah dengan selera fashion tingkat tinggi yang ia miliki, Ia memang terlihat
jauh lebih tampan sekarang.
“Hei..”
Jeje menepuk pundak Alif yang sukses menyadarkannya dari lamunan. “Kau jangan
terlalu terpesona kepadaku. Kau membuatku takut” ucap Jeje berpura – pura
bergidik untuk menggoda Alif.
Alif
hanya menanggapi perkataan sahabatnya itu dengan senyuman “Kapan dan apa
alasanmu kembali ke Indonesia?” tanya Alif menyelidik
“Aku
baru kembali semalam. Alasan aku kembali karena aku ingin melakukan penilitian untuk
skripsiku disini.”
“Kau
baru pulang kemarin dan hari ini kau langsung pergi belanja? Dan sekarang kau
ingin tidur dirumahku?” tanya Alif hanya sekedar ingin memastikan pikirannya
“Emangnya
kenapa? Kau berkata seolah aku melakukan hal yang buruk” tanya Jeje asal. Alif
hanya menghela nafasnya. Ia sudah cukup lama mengenal Jeje, jadi sebenarnya dia
tau persis apa yang terjadi dengan sahabatnya ini.
“Aku
mengalami hal yang aneh hari ini” ucap Jeje dengan suara rendah. Alif hanya
merespon dengan mengalihkan pandangannya ke arah Jeje. “Tadi saat aku berjalan
di mall, ada seorang wanita yang menabrakku...”
“Benarkah?
Lalu apa yang terjadi? Kau berkenalan dengannya? Lalu apa kau mendapatkan nomor
hp nya?” tanya Alif tanpa jeda.
“Aishh..
kebiasaanmu memang belum berubah. Bisakah kau mendengar ceritaku sampai
selesai?” geram Jeje
“Maaf.
Aku tidak bisa sabar mendengar cara ceritamu yang lambat” ucap Alif dengan
senyuman yang ia kulum. Jeje hanya memutar bola matanya malas.
“Kalau
hal yang kau sebutkan tadi sama sekali tidak aneh, Alif”ucap Jeje menggantung
yang sukses membuat Alif berpikir bahwa yang Jeje katakan memang benar. “Setelah
ia menabrakku, dia malah menangis sambil memukulku” Jeje menerawangkan matanya sambil
tersenyum mengingat kejadian yang menimpanya tadi siang.
“Bukan
kah dia yang menabrakmu? Lalu mengapa dia memukulmu? Jangan – jangan kau tidak
sengaja menyentuh sesuatu yang terlarang ya?” tanya Alif menggoda. Bukan
jawaban yang Alif terima, tapi malah jitakan yang berhasil mendarat secara
kasar di kepalanya. Alif hanya bisa meringis menahan sakit.
“Kau
harus berhenti memikirkan hal mesum semacam itu.” Ucap jeje kesal
“Jadi
apa yang terjadi sampai dia memukulmu?” tanya Alif kesal karena Jeje malah
membahas hal yang tidak semestinya.
“Aku
juga tidak tau. Tapi ku rasa dia baru diputuskan oleh pacarnya. Habisnya dia
terus saja bilang ‘Kenapa kau lakukan itu padaku, Apa salahku padamu?’ gitu”
ucap jeje sambil mempraktekkan cara bicara wanita yang ia maksud.
“Dia
pasti wanita yang menyebalkan. Bagaimana mungkin dia bisa melampiaskan
kemarahannya pada orang lain yang tidak tau apa – apa?” ucap Alif kesal sambail kembali meneguk
minumannya.
“Tapi
aku menyukainya.” Ujar Jeje santai namun berhasil membuat Alif memuncratkan
semua air ~yang belum berhasil ia minum seluruhnya~ ke wajah Jeje.
“ALLLIIIFFFF.
Kau sangat menjijikan” Alif hanya tertawa keras melihat tingkah temannya itu.
Setelah mendengar omelan Jeje yang panjang lebar, Alif kembali mampu memancing
Jeje untuk bercerita tentang pengalaman hidupnya selama mereka berpisah. Dan malam
ini menjadi malam yang panjang bagi kedua sahabat yang sudah terpisah selama 3
tahun ini. Walaupun lelah, jeje masih meladeni berbagai pertanyaan dari sahabat
yang sudah ia anggap sebagai saudara itu.
~~~~####~~~~####~~~~####~~~~
Firly
segera bergegas menuju pintu ketika ia mendengar ada seseorang yang memencet
bel rumahnya. Namun ia sedikit terkejut saat melihat orang yang datang. Seorang
wanita dengan perawakan yang cukup tinggi untuk wanita Indonesia, berambut ikal
panjang sepinggang dan kulit yang putih. Cantik. Tentu itu relatif, tergantung
mata orang yang melihatnya.
“Kenapa
kau menatapku seperti itu? Aku merasa seperti penjahat yang sedang tertangkap
basah” ujar Sera sambil tersenyum.
“Bukan
apa – apa” jawab Firly langsung mengalihkan pandangannya. Walaupun mereka
memiliki hubungan persaudaraan namun, mereka sering terlihat canggung jika
saling bertemu. Kau mungkin melihat Firly sebagai sosok yang cool, namun dibalik
sosok itu, dia memiliki sifat yang pemalu di depan wanita. Firly berusaha
menutupi semua itu dengan sifat dingin, bahkan cenderung kasar ketika
berhadapan dengan seorang wanita.
“Kau
tidak berniat mempersilahkan aku masuk?” tanya Sera memecah kecanggungan
diantara mereka.
“Oh,,
Iya..Silahkan.”ucap Firly sambil memberikan jalan kepada Sera untuk masuk
duluan. ”Kenapa kau datang pagi sekali?” tanya Firly basa basi. Sebenarnya dia
sudah tau kalau alasan Sera datang pastilah untuk bertemu dengan Arthur.
“Apa
Arthur sudah pergi kuliah?”
“Kenpa
tidak kau coba untuk menghubunginya?” tanya Firly geram
“Nomornya
tidak aktif. Aku khawatir akan keadaannya” jawab Sera sekenanya. Namun sebelum
Firly menjawab pertanyaan Sera, Arthur sudah terlihat keluar dari pintu
kamarnya yang memang tidak jauh dari ruang tamu. Arthur terlihat terkejut
dengan apa yang ia lihat. Namun ia segera menetralisir perasaannya dan kembali
memasang wajah datar.
“Kau
baik – baik saja? Kenapa nomormu tidak aktif?” Tanya Sera beruntun kepada
Arthur. Terdengar nada khawatir di setiap kata yang ia ucapkan.
“Handphone
ku rusak. Aku tidak sengaja menjatuhkannya semalam” Arthur melihat ke arah
Firly setelah ia menjawab pertanyaan Sera, namun Firly segera memalingkan
wajahnya. Ia masih sangat marah soal kejadian semalam. Tapi ia hanya bisa diam
karena sadar bahwa ia tidak bisa
menunjukkan amarahnya didepan Sera.
“Kalian
lanjutkan saja pembicaraan kalian. Aku harus pergi kuliah sekarang” Firly
mengambil tasnya yang memang sudah ia
letakkan di kursi sebelum Sera datang. Sera dan Arthur hanya mengangguk
mempersilahkan Firly pergi duluan. Sebenarnya ia agak ragu meninggalkan mereka
berdua. Firly khawatir jika Arthur akan mengatakan hal menyakitkan kepada Sera.
Namun ia juga takut tidak bisa mengontrol emosi jika terus melihat Arthur.
“Kau
sudah sarapan? Kalau belum aku akan membuatkannya untukmu” Arthur memulai pembicaraan
sambil berjalan menuju ke arah dapur. Arthur mengatakan itu untuk mengusir
kecanggungan yang baru tercipta setelah Firly meninggalkan mereka berdua. Sikap
mereka yang dulu sangat hangat memang sudah berubah menjadi dingin. Mereka
sendiri saja tidak tau kapan hal ini bermula.
“Kau
bisa sarapan sendiri. Kau kan tau, aku tidak terbiasa makan pagi” Sera masih
memaksakan senyuman di bibirnya yang menambah kecanggungan yang sudah ada.
“Ada
hal penting apa sehingga kau harus datang sepagi ini?” tanya Arthur datar tanpa
melihat ke arah Sera. Ia mengurungkan niatnya untuk pergi ke dapur, karena ia
ingin segera tau alasan Sera menemuinya.
“Aku
hanya ingin bicara padamu” Arthur langsung memalingkan wajahnya ke arah Sera.
Ia berusaha menebak hal apa yang akan Sera bicarakan. “Sekarang aku merasa kita
semakin jauh. Aku hanya...” Sera hanya menunduk dan tidak melanjutkan lagi kata
– katanya. Sebenarnya ia bingung bagaimana cara menyampaikan semua yang ada di
hatinya. Ia takut kalau Arthur akan salah paham dengan perkataannya.
“Aku
juga merasakan hal yang sama.” Sera segera melihat ke arah Arthur. “Tapi aku
memang sedang sibuk sekarang. Bisakah kau membiarkanku sendirian sementara
waktu ini?”
Sera
sangat terkejut mendengar perkataan dari Arthur. Ia berusaha menebak apa maksud
dari perkataan Arthur tadi. Apakah Arthur akan memutuskan hubungan mereka
berdua? Tapi kenapa? Berbagai pertanyaan terlintas di pikiran Sera.
“Kau
tidak perlu memasang wajah sedih seperti itu. Aku tidak berniat mengakhiri
hubungan kita. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri. Ada hal yang harus segera
aku selesaikan. Dan aku tidak bisa membiarkanmu terlibat dalam hal itu” jelas
Arthur panjang lebar sebelum Sera salah paham dengan maksud dari perkataannya.
“Masalah
seperti apa yang membuatmu tidak bisa melibatkanku di dalamnya?” tanya Sera
dengan suara bergetar. Air mata juga sudah mulai menggenang di pelupuk matanya.
Ia tidak tau bagaimana hal ini bisa terjadi.
Arthur
langsung memalingkan pandangannya dari wajah Sera. Ia tidak mau keputusan yang
sudah ia ambil akan goyah. “Kau tidak usah terlalu sentimental. Kau membuatku
bingung harus mengambil sikap seperti apa sekarang” Arthur mengepalkan
tangannya erat untuk menahan perasaannya. Jika ia mengikuti kata hatinya, ia
ingin segera memeluk Sera untuk menenangkannya. Namun ia harus tetap pada
pendiriannya. Ia memang butuh waktu untuk memastikan perasaannya yang
sebenarnya terhadap Sera.
“Baiklah.
aku akan pergi jika kau memang membutuhkan waktu untuk sendiri. Namun jika kau
membutuhkan sesuatu, kau tau siapa yang harus kau hubungi pertama kali” ucap Sera
bergetar, ia memaksakan dirinya sendiri untuk tidak menangis, walaupun dadanya
sudah sangat sesak dengan segala perasaan yang ia tahan. Semua ini ia lakukan
karena ia tidak ingin Arthur khawatir tentang keadaannya yang akan membuat
masalah Arthur semakin bertambah.
Arthur
hanya menundukkan wajahnya ketika Sera keluar dari rumahnya. Ia bahkan tidak
sanggup untuk sekedar mengantarkan Sera keluar. Setelah memastikan pintu rumah
benar – benar sudah tertutup rapat, Arthur segera mengeluarkan air mata yang
juga sudah ia tahan sedari tadi. Ia merasakan sesak yang luar biasa di dadanya
akibat tindakannya sendiri. Ia terduduk di lantai dengan menekukkan kedua kaki
sambil membenamkan wajahnya dalam – dalam di kedua lututnya. Tubuhnya terlihat
terguncang kuat akibat tangisannya. Awalnya ia yakin akan keputusan yang telah
ia ambil. Namun ketika melihat keadaan sera yang terlihat sangat sedih, kini ia hanya bisa merutuki kebodohannya.
~~~~####~~~~####~~~~~####~~~~
Jeje
terbangun ketika ia merasakan sinar matahari masuk melalui jendela tepat
mengarah ke matanya. Ia meraba meja nakas yang terletak di samping tempat tidur
untuk mencari handphone nya. Dengan susah payah ia berhasil melihat jam berapa
sekarang. Masih jam tujuh, jadi wajar rasanya ia masih sangat mengantuk.
Ia baru bisa tidur sekitar jam 5 pagi
karena terus meladeni pertanyaan – pertanyaan yang di lontarkan oleh Alif.
“Kenapa
kau membuka tirainya terlalu cepat. Aku masih mengantuk” rengek Jeje begitu ia
melihat Alif keluar dari kamar mandi. Ia sudah terlihat segar. Sepertinya ia
baru saja mandi karena masih terlihat air yang menetes dari rambutnya.
“Aku
harus segera pergi ke kampus pagi ini. Apa kau tidak ingin ikut aku ke kampus?”
Alif mengambil Hairdryer untuk segera mengeringkan rambutnya.
“Kenapa
aku harus mengikutimu ke kampus? Lagi pula aku bisa mati bosan jika aku tidak
melakukan apapun sambil menunggumu” Jeje segera menarik selimut menutupi
seluruh tubuhnya. Ia ingin melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu tadi.
“aku
hanya kuliah 1 jam hari ini. Setelah itu aku bisa memperkenalkanmu dengan teman
– temanku. Aku yakin kau tidak akan menyesal Karena teman – temanku adalah
orang terasyik di dunia.” Ucap Alif sambil memakai baju kemejanya. Ia masih
melihat ke arah Jeje. Namun rasanya tidak ada tanda – tanda ‘kehidupan’ yang
diperlihatkannya.
“JEJE
BANGUUUUNNN..” teriak Alif tepat di telinga Jeje yang sukses membuatnya
melompat karena terkejut.
“ALLLIIIIFFFF.
KAPAN KAU BISA BERHENTI MENGGANGGU HIDUPKU.” Teriak Jeje tidak kalah kuatnya.
Namun Alif sudah prepare dengan menutup telinga sambil berlari menjauhinya.
~~~~####~~~~####~~~~####~~~~
Jeje
terus memainkan game yang ada di handphone nya. Setelah berperang mulut dan
tangan tadi pagi, akhirnya Alif berhasil membuat Jeje duduk sendirian seperti
orang bodoh sekarang. Untung lah taman yang berada di kampus Alif cukup indah
sehingga Jeje tidak terlalu mempermasalahkan jka harus menunggu dalam waktu
yang lama.
“bukankah
dia bilang hanya punya satu jam kuliah hari ini. Kenapa dia belum datang juga?
Kupastikan dia akan menjadi makanan ikan ini jika dia datang” Jeje terus
mengomel tidak jelas sambil memainkan tangannya di dalam air yang berisikan
ikan hias. Kegiatan ini sudah ia lakukan berkali kali dalam 2 jam terakhir ini.
“Jeje.”
Jeje langsung mengalihkan pandangannya ke sumber suara yang memanggilnya.
Ekspresi wajah marah yang sudah ia siapkan tiba – tiba berubah menjadi wajah
bingung. “maaf telah membuatmu menunggu lama. Kenalkan ini sahabat –
sahabatku.” Ucap Alif sambil menunjuk kedua sahabatnya tercinta.
“Aku
Yuna” Yuna mengulurkan tangannya ke arah Jeje. Namun tidak seperti yang
diharapkan, Jeje malah terpaku melihat ke arah Sera yang sukses membuat mereka
bertiga ~selain Jeje~ saling menatap bingung. Yuna kembali menraik tangannya
yang di cuekin oleh Jeje.
“Bukankah
kau..” kata – kata Jeje menggantung. Dia berbicara sambil menunjuk ke arah
Sera. Dan yang di tunjuk juga spontan menunjuk ke arah dirinya sendiri.
TBC