Author
: Chie d’qhiel jelex a.k.a Okta
Yuchana
Title
: Mungkin ( I Wonder If You
Hurt Like Me)
Main
Cast : - Alif
- Hana (Imaginer)
-Jeje
Other
Cast : -Firly
-Arthur
-Louis Go
Genre
: Sad, Romance, Comedy
Rating
: PG 15
Summary : “ Cinta
ini hadir sesaat setelah aku kehilanganmu. Dapatkah aku memaafkan diriku
sendiri karena telah mengabaikan sosok yang indah sepertimu? Bahkan sampai
sekarang, cintamu masih ku rasakan indah bersarang di hatiku. Karena kamu
sangat berbeda dan aku ingin kamu kembali. I wonder if you hurt like me?”
=Alif
POV=
“
apa yang kau lakukan pada Hana ku? Kenapa kau lakukan ini padanya? Jika kau
membencinya, jangan buat dia pergi meninggalkanku sejauh ini!”
Tubuhku
bergetar saat mendengar segala luapan kemarahan jeje padaku. Apa yang harus aku
lakukan? Bagaimana caranya membuat dia kembali? Jeje yang berstatus sebagai
sahabat baikku, selalu tersenyum dan bahkan terlihat ceria kini tampak sangat
berbeda karena ku. Aku membuatnya marah, aku membuatnya kecewa dan aku
membuatnya menangis meraung seperti ini. Aku yakin kata maafpun tak kan cukup
untuk menebus segala kesalahanku padanya.
“
Bunuh aku sebagai gantinya, lakukanlah apa saja yang ingin kau perbuat
terhadapku. Aku pantas menerima semuanya! “ aku menundukkan kepalaku sedalam
mungkin karena tak sanggup melihat matanya yang sangat basah karena air mata.
Nafasku terasa sangat sesak. Seribu pennyesalan benar - benar memenuhi
pikiranku. Bahkan aku berharap agar Jeje takkan pernah memaafkan ku seumur
hidupnya. Bila perlu, aku ingin Jeje memberikan ribuan pukulannya padaku untuk
membalas rasa sakitnya saat ini dan juga rasa sakit yang telah dialami Hana
selama ini.
“
YA ! tanpa kau suruhpun aku akan membunuhmu. Kau pantas mati Alif. Kau pantas
merasakan penderitaan yang dirasakan Hana. Kau harus menebus semuanya. KAU
PANTAS MATI !” lagi -
lagi
perkataan Jeje membuat air mataku semakin tidak terkontrol. Suara isakanku dan
juga isakan Jeje bahkan memenuhi ruang UGD rumah sakit ini. Kedua temanku yang
lainnya - Firly dan Arthur- terus memegang dan
menahan tubuh Jeje agar tidak bisa meraihku.
Kalau
aku menjadi Jeje, aku pasti akan memaki dan memukul diriku sediri tanpa ampun.
Tak peduli dengan status sahabat yang sudah kami sandang selama ini. Seharusnya
Firly dan Arthur jangan menahannya. Biarkan aku menerima segala hukuman atas
perbuatanku sendiri pada Jeje. Biarkan dia melampiaskan kemarahannya agar
pnyesalanku tidak semakin besar. Ini pertama kalinya aku merasa bahwa aku benar
benar seorang pecundang. Hanya sampah yang membuat orang lain menderita karena
sikapku yang sangat keterlaluan.
“
Jeje, kuharap kau tenangkan dirimu! Alif juga pasti tak pernah menginginkan
semua ini terjadi. Berhentilah bersikap begini karena Hana tak kan pernah bisa
kembali lagi. Tersenyumlah mengiringi kepergiannya agar dia bisa tenang di alam
sana.” Firly terus memberikan pengertian pada Jeje agar dia meredam amarahnya.
“apa
kalian bisa tenang jika kalian ada di posisiku? Masalah ini bukan hanya sekedar
kehilangan sebuah pulpen. Kalau kalian jadi aku, apa kalian bisa memaafkan dia?
Aku ingin dia mati di tangan ku seperti yg dilakukannya pada hana.” Suara Jeje
semakin terdengar lantang. Lebih tepatnya seperti bukan seorang Jeje yang selama ini ku kenal. Tak pernah
pernahnya dia membentak apalagi membangkang ucapan Firly seperti ini.
PLAAKK..
Aku
mengangkat wajah ku saat mendengar suara yang membuat suasana hening seketika. Sebuah tamparan dari Firly
tepat mengenai pipi Jeje yang membuatnya dan juga kami -Aku dan Arthur- shock.
“
Apa dengan membunuhnya akan membuat Hana kembali hidup? Sadarlah Je, Bagaimana
pun juga nyawa Alif tidak bisa menggantikan nyawa Hana.” Suara Firly tak kalah
lantangnya dengan suara Jeje. Aku tak dapat menebak dengan jelas apa yang
dipikirkan Jeje saat ini. Walaupun dia sudah mulai tenang, tapi aku masih dapat
melihat kemarahan dari wajahnya. Tiba - tiba Jeje mengalihkan pandangannya ke
arahku.
Tak
lama kemudian, langkah Jeje terus membawanya sampai berada tepat di hadapanku.
Apa dia benar benar akan memukulku? Apa dia bahkan akan membunuhku sekarang di
tempat ini juga? Apapun itu, aku sudah sangat siap menerima semuanya.
Namun
tidak seperti dugaanku, Jeje malah menjatuhkan tubuhnya dan berlutut di
hadapanku. Tangannya juga menggelayut di tanganku dengan kepalanya yang
menunduk. Apa yang dia lakukan? Bukankah seharusnya aku lebih pantas melakukan
itu padanya? Kumohon jangan lakukan itu. Itu membuat hatiku menjadi semakin
sakit.
“
bang Je!” panggilku masih dengan suara bergetar. Berharap agar ia segera
menghentikan sikap anehnya.
“
kumohon maafkan dia karena sudah mencintaimu. Kumohon maafkan dia karena telah
mengganggumu. Kumohon maafkan juga aku yang sudah membiarkannya merusak hari - harimu. Aku tau
kau begitu menderita karena kehadirannya. Tapi bodohnya aku, aku tak bisa
membuatnya berhenti mencintaimu. Maafkan dia dan aku. Kumohon Lif, jangan
pernah membencinya!” ucapnya dengan suara lirih. Bahkan perkataannya sempat
terputus - putus
karena dia berbicara masih dengan sebuah isakan dan air mata yang terus
mengalir.
Setelah
mendengar kata maafnya, apa aku masih pantas hidup? Aku sangat menyesal karena
telah membuat semuanya seperti ini. Tuhan, ku mohon kembalikan Hana untukku dan
untuk orang orang yang mencintainya. Biarkan aku menebus kesalahanku dengan
memberikan yang terbaik buatnya. Kenapa dia harus pergi dengan luka perih dan
air mata? Seharusnya aku yang merasakan penderitaan itu. Bukan dia.
Kali
ini tak ada lagi yang bisa ku ucapkan, aku hanya bisa menangis dan meratapi
penyesalanku. Walaupun itu sia -
sia karena sudah sangat terlambat. Tapi hanya
inilah yang bisa kulakukan buat hana yang selama ini ku abaikan dengan
keegoisanku.
====****====
Author
POV
CKLEK
Serentak
Alif, Firly Dan Arthur yang sedang menonton di ruang TV menoleh ke arah pintu
utama yang terbuka lebar. Menampakkan Jeje yang sedang membawa tas hitam besar
di tangannya dengan seorang wanita cantik berambut dark brown lurus sepinggang. Wanita itu berdiri agak di belakang
Jeje. Dia juga terlihat menjinjing tas kecil di bahunya dan tangan kanan yang
menggenggam erat koper berwarna hijau
miliknya.
“
Huuuaaaahh... cantiknya. Kenapa baru menampakkan sepupumu ini pada kami? “
“
karena sebelumnya aku tak pernah siap melihat reaksi Bang Firly yang seperti
ini.” Jawab Jeje ketus karena mendapati Firly yang antusias menyambut
kedatangannya dengan sepupunya itu.
“
apa aku terlalu berlebihan? Ucapanmu membuatku malu. Hehehehe...” Firly segera
menhampiri Jeje dan Hana. “ Oh ya,
namamu siapa?” tanya Firly mengalihkan pandangannya pada wanita yang sekarang
sudah mensejajarkan posisinya di samping Jeje. Style-nya
sangat mirip dengan wanita Jepang walaupun ia adalah asli warga Indonesia.
Mungkin itu karena dia sudah 2 tahun tinggal di negara sakura tersebut sehingga
membuatnya tampak berbeda dengan wanita Indonesia pada umumnya.
“
namaku Hana_ “
“
Yohana?” Sela Arthur tak kalah antusiasnya dari Firly yang sukses membuat Jeje
mendengus kesal.
“
aisshh.. kenapa di pikiranmu hanya ada Yohana, hah?” Jeje melempar kaos kaki
yang baru dibukanya ke arah Arthur yang duduk bersebelahan dengan Alif. Kaos
kaki busuk yang sudah 3 minggu tidak dicuci oleh Jeje itupun berhasil tepat
mengenai wajah polos milik arthur itu. Benar -benar pria yang malang. Untung saja
Arthur tidak mati di tempat karena mencium aroma membunuh dari kaos kaki
bertuah milik Jeje.
“
Kyaaa... kesalahan apa yang telah ku lakukan sehingga Tuhan menghukumku dengan
cara yang sekeji ini?” teriak Arthur dengan suara 5 oktaf dan segera
menyingkirkan benda menijikkan berwarna coklat gelap yang seharusnya berwarna
putih itu dari wajah tampannya. Namun karena serangan mendadak Jeje, image cool
penuh karisma yang selama ini disandangnya pun seketika hilang.
Entah
karena terlalu shock ataupun
terkejut, refleks tangan Arthur malah membuang kaos kaki itu ke arah Firly
sehingga benda bertuah yang disebutkan tadi itupun menempel di bahu Firly.
“
ARTHUUURRRR... apa yang kau lakukan pada baju kesayangnku? “ teriak Firly kesal.
Merasa
jiwanya terancam karena wajah Firly yang telah mulai memerah, Arthurpun
bergegas lari menyelamatkan diri dari amukan member tertua sekaligus Leader
itu. Dan saat itu juga Firly mengejar Arthur sambil mengacungkan sepatu
di tangan kirinya yang siap melayang dan tidak membiarkan Arthur lolos begitu
saja darinya.
Jeje
dan Hana tertawa geli melihat kedua pria yang tampak manly di atas panggung itu bertingkah seperti tokoh kartun Tom and Jery yang sering ditayangkan di
TV. Mereka memang sering bertengkar seperti itu tapi biasanya hanya berlangsung
paling lama 5 menit karena bagaimanapun juga, mereka adalah keluarga kecil yang
paling bahagia.
Lain
halnya dengan dua bersaudara itu. Alif sama sekali tidak menunjukkan senyumnya
sedikitpun. Wajahnya terlihat kesal dan Jeje sangat mengetahui penyebab sikap
yang tak biasa dari magnae berambut
merah itu.
“
Kenapa dia hanya diam? Bukankah yang tadi itu lucu?” Hana menunjuk ke arah Alif
dan Jeje pun mengikuti arah yang dimaksud oleh Hana.
“
Itu memang lucu, dan bahkan akan sangat lucu kalau kau tidak ada disini.”
Celetuk Alif sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Mata Hana langsung
beralih ke Jeje seakan meminta penjelasan dari sepupunya itu yang juga menjadi lead vocal di S4.
“
jangan dengarkan celotehannya, sifatnya memang selalu begitu karena dia tidak
menyukai wanita_”
“
haahh? Maksudnya dia homo?” kalimat
Jeje terputus karena Hana yang langsug menyela kata -katanya dengan ekspresi
kaget. Sedangkan Alif yang dikatakan homo
oleh Hana itupun spontan mendelik tajam ke arahnya.
“
uppss, sorry.. hehehe” ucap Hana polos dengan membekap mulutnya sendiri dengan
kedua tangannya.
“hahaha..
bukan begitu. Dia tidak menyukai wanita manapun masuk dan bahkan tinggal di
rumah ini.” Jelas Jeje, sedikit berbohong karena sebenarnya Alif tidak menyukai
keberadaan Hana. “ ayo ikut, bang je
akan menunjukkan di mana kamarmu!”
“
aish..” gumam Alif pelan sehingga Jeje dan Hana tidak mendengarnya. “ itu
kamarku. Bukan kamar dia.” Batin Alif saat melihat kedua bersaudara itu sudah
menaiki tangga menuju lantai 2.
====****====
“kyaaa..jangan
lihat apapun!” teriak Hana berlari kearah Alif sambil mendorongnya hingga
keluar kamar. Hana buru -
buru
menutup pintu kamarnya dan kembali menatap Alif.
“kenapa
kau memandang ku seperti itu? Aku bisa keluar sendiri tanpa harus kau dorong - dorong seperti
tadi. Tingkahmu membuatku seperti seorang kriminal. Dan kau sangat
menyebalkan.” Karena marah, Alif langsung membentak Hana. Sebenarnya Alif tidak
bermaksud seperti itu. Hanya saja entah kenapa setiap kali berhadapan dengan
Hana nada bicaranya memang tidak bisa terdengar lembut.
“Maaf,
aku Cuma tidak mau kau melihat isi kamar ku.” Suara hana melemah. Kepalanya
juga menunduk karena Alif terus menatapnya dengan sangar.
Alif
memutar bola matanya dan tersenyum sinis. “ heh.. kau bilang itu kamarmu? Benar
benar tidak tau malu. Aku curiga, sebenarnya apa yang sudah kau lakukan pada kamarku?”
“Tidak
ada, aku hanya sedikit menambahkan sesuatu.” Hana mengibaskan tangannya.
Mencoba meyakinkan dengan wajah polosnya agar Alif percaya bahwa dia benar - benar tidak
melakukan hal yang buruk pada kamar Alif yang untuk sementara ini menjadi
kamarnya.
“Ada
apa ini? Kenapa kalian berisik sekali?”
tanya Jeje yang tiba -
tiba
muncul. Serentak Alif dan Hana mengalihkan pandangan mereka pada pria berambut blonde itu.
“Bang
Je, tolong perbaiki kunci pintu kamar ini. Teman galakmu itu baru saja masuk ke
kamarku secara tiba -
tiba.”
Rengek Hana manja. Tangannya juga mengguncang sebelah tangan Jeje.
“Benarkah?”
Jeje menatap tajam ke arah Alif yang sukses membuat pria itu gugup.
“Bu..bukan
begitu. Aku belum terbiasa dengan kehadiran Hana dan masih menganggap bahwa itu
adalah kamarku.”
“Dasar
mesum.” Ucap Jeje singkat menanggapi penjelasan Alif.
“Huh..
terserahlah. Kurasa sekarang tak ada lagi yang akan mempercayaiku.” Alif
memicingkan matanya. Menatap kesal pada Hana yang sudah berlindung di balik
tubuh Jeje. Sedetik kemudian Alif pergi dan memasuki kamar Jeje yang sekarang
juga menjadi kamarnya selama Hana tinggal bersama mereka.
“Kenapa
kau suka sekali mengganggunya?”
“Hmm..
dia saja yang terlalu sensitif. Aku heran kenapa magnae itu bisa terlihat cute
di atas panggung namun pada kenyataannya dia sangat menyeramkan.”
“Kau
ini, kalau tau dia itu menyeramkan sebaiknya kau jangan dekati dia.”
“Tapi
aku menyukainya.”
“Kecilkan
suara mu. Kau mau dia mendengarnya?” ucap Jeje pada adik sepupunya itu.
Sementara
itu tanpa di sadari oleh Jeje dan Hana, ternyata Alif masih berdiri dibalik
pintu. Sehingga pembicaraan singkat antara mereka masih sangat terdengar jelas olehnya. Karena
letak kamar yang sekarang ditempati Hana berada tepat di depan kamar Jeje yang
juga menjadi kamar Alif.
“Apa?
Dia menyukaiku? Aish.. jangan harap aku juga akan menyukai wanita seperti mu.”
Batin Alif sambil berjalan dan merebahkan tubuhnya diatas kasur.
====****====
Pagi
ini Hana sengaja bangun lebih awal karena ingin membuatkan sarapan untuk Alif. Namun
karena Hana khawatir member lain akan curiga terhadapnya, jadi mau tak mau Hana
juga harus menyiapkan sarapan untuk semuanya. Ini pertama kalinya Hana memasak
di hari keduanya tinggal bersama keempat pria tampan yang tergabung dalam grup
vokal S4.
“Emm..ini
enak sekali. Ini juga enak. Dan ini? Emm..semuanya sangat enak.” Mata Arthur
berbinar tiap kali dia memasukkan sushi buatan Hana kedalam mulutnya. Suaranya
pun terdengar kurang jelas karena dia berbiara dengan mulut yang masih penuh
dengan makanan. “Aku merasa seperti sedang berada di Restaurant Jepang. Kupikir
Yohana harus belajar masak denganmu. Agar nanti jika kami sudah menikah, aku
bisa memakan makanan seenak ini setiap harinya.”
PLAKK..
Firly
memukul belakang kepala Arthur karena merasa kesal dengan sikap berlebihannya
yang mulai kambuh lagi.
“Habiskan
dulu makanan yang ada di mulutmu baru kau boleh bicara.” Ucap Firly santai
dengan menunjukkan sikap seorang leader -nya yang tegas. Dia
sama sekali tidak mempedulikan Arthur yang sedang terbatuk - batuk karna
tersedak. Tangan kanan Arthur terus menepuk -nepuk dadanya sendiri agar dia tidak
bertemu dengan malaikat maut secepat ini. Sangat lucukan jika seluruh media
informasi akan memberitakan ‘Seorang Member Boyband S4 Meninggal Dunia Akibat
Tersedak Sushi’ pada headline mereka?
Alif
yang duduk disamping Arthur pun juga ikut membantu dengan mengusap - usap punggung
lebar milik Arthur. Hingga tak lama kemudian batuknya pun mulai berhenti. Hanya
saja wajah dan juga mata Arthur sedikit memerah.
“Aku
hampir mati karena ulahmu bang.”Arthur sedikit memerosotkan tubuhnya pada
sandaran kursi.
“Ngomong
- ngomong, siapa
yang mengajarimu masak?” tanya Firly pada Hana. Sengaja untuk mengabaikan
perkataan Arthur yang sukses membuat pria berambut coklat itu menjadi kesal.
Namun karena Firly adalah abang-an
sekaligus leader mereka, Arthur hanya
bisa berkomat kamit sendiri tanpa suara untuk meluapkan kekesalannya.
Hana
sedikit menahan tawanya sebelum menjawab pertanyaan Firly. “Aku belajar secara
otodidak. Di Jepang aku hanya tinggal sendirian, sehingga aku dituntut harus
bisa mandiri untuk menghidupi diriku sendiri.” Jelasnya panjang lebar dengan
senyum yang masih merekah.
“Sepertinya
kau harus menjadi koki kami. Karena jika kami yang memasak untukmu, kau harus
menyiapkan mental untuk memakan makanan yang tidak layak selama kau berada disini.
Kau tau kami semua ini laki-laki
kan, jadi diantara kami tidak ada yang pintar memasak.” Ucap Jeje sambil
mengunyah makanannya.
“Emm..bukankah
bang Je dan Alif pintar memasak?” ucap Hana dengan wajah polosnya yang sangat
cantik.
“Tau
apa kau tentang aku?” sahut Alif tiba - tiba masih dengan tampang kesal yang
terus di pertahankannya sejak kemarin. Membuat semua yang ada di meja makan
tersebut serentak melihat ke arahnya.
“Aku
banyak tau tentangmu, bang Jeje, bang Firly dan juga bang Arthur.” Hana menatap
bergantian setiap nama yg di sebutkannya dan kembali menatap alif.
“Apapun
yang kau lihat di TV atau internet itu sama sekali berbeda dengan kenyataannya. Sebelum kau
datang kesini, kau tak pernah taukan bagaimana sifat bang Firly dan bang Arthur
yang sebenarnya?jadi berhentilah bersikap sok tau.!”
Kata
- kata pedas Alif
seketika mengubah suasana menjadi hening dan menegang. Sama sekali tidak ada
yang menyangka bahwa Alif akan mengatakan suatu hal yang pastinya menyakiti
ataupun menyinggung perasaan Hana. Jeje , Firly dan Arthur hanya bisa diam
karena takut akan semakin memperkeruh keadaan. Bahkan Jeje yang biasanya paling
ahli mencairkan suasanapun kali ini tidak bisa berbuat apa - apa.
“Kau..”
geram Hana dengan tatapan tajam yang juga di balas oleh Alif. Sikap mereka
berdua seakan menunjukkan bahwa takada satupun diantara mereka yang ingin
mengalah.
“
Apa? Kau mau mengatakan apa lagi tentangku?”tantang Alif dengan angkuhnya.
Kedua alisnya juga mengernyit.
“kau
benar - benar mirip
dengan red bird yang ada di game angry bird.hahahaha..”
Tidak
seperti yang dipikirkan, Jeje, Firly dan Arthur yang sempat dibuat khawatir
akan terjadi suatu pertempuran baru itu pun ikut tertawa kencang sama halnya
seperti yang dilakukan oleh Hana. Terlebih lagi melihat ekspresi Alif yang
sontak berubah seketika saat Hana mengatakan bahwa dia mirip dengan tokoh
karakter game yang selama ini sering di mainkannya dan bahkan menjadi salah
satu game favoritenya.
“Hey..
kau bilang aku apa?” bentak Alif dengan wajah yang memerah. Namun keempat orang
yang berada di meja makan itu pun terus saja tertawa tanpa mempedulikan
bentakan dari Alif.
“Kalian
sedang membicarakan apa?” tiba -
tiba
manajer Go hadir di tengah -
tengah
mereka dan duduk di sebuah kursi yang masih kosong.
“wooww..pagi
ini kalian makan enak? Apa sekarang di sekitar sini sudah ada Restaurant yang
buka 24 jam?” pertanyaan yang pertama saja belum dijawab. Tapi manajer Go sudah
menyerang mereka dengan pertanyaan - pertanyaan baru. Manajer mereka ini
memang datang diwaktu yang tepat. Selain sedang ada makanan enak, kehadirannya
juga sukses meredam amarah Alif yang tadinya sudah sempat memuncak.
“Sepertinya
sampai saat ini sih belum ada. Hanya saja kemarin kami kedatangan seorang chef handal yang didatangkan langsung
dari Jepang.” Jelas Firly sambil mengalihkan pandangannya pada Hana yang duduk
di samping Jeje.
“Benarkah?”
manajer Go sedikit terhenyak karena sedari tadi tidak menyadari keberadaan
Hana. “oo.. aku baru ingat. Dia sepupu yang sebelumnya pernah kau ceritakan
itukan?” tanya sang manajer pada lead vocal S4 tersebut. Jeje hanya mengangguk menjawab pertanyaan
manajernya.
“emm..kau
sangat cantik. Bukankah kalian bersaudara? Tapi kenapa kau tidak sejelek Jeje?
Kalian bahkan tidak mirip sama sekali.”
“Tentu
saja. Kamikan diolah dari rumah produksi
yang berbeda.” Jawab Jeje dengan sebuah candaan sehingga mengundang
gelak tawa dari semuanya. Namun lain halnya dengan Alif yang masih saja
memberengut.
“Aku
mandi dulu.” Alif menggeser kursinya ke belakang lalu berdiri.
“Kenapa
makananmu tidak dihabiskan? Biasanya kan kau yang paling rakus diantara semua
member. Apa kau malu karena ada wanita cantik disini?”oceh manajer Go seadanya.
“Aku
sudah kenyang. Lagian sejam lagi kita ada acara di SCTV Tower kan?”ucap Alif sambil berlalu
meninggalkan ruang makan.
Mata
Hana terus mengikuti langkah Alif, menatap punggung pria yang selama beberapa
bulan ini dikaguminya sampai sosok itu hilang dari pandangannya. Ada rasa
bersalah menginggapi hatinya. Hana merasa bahwa Alif seperti sangat tidak
menyukai kehadirannya. Karena yang dia tau selama ini, Alif bukanlah orang yang
kasar ataupun cuek. Alif yang diketahuinya adalah seorang idol yang sangat
ramah, baik dan lucu. Itulah yang membuatnya sangat mengagumi sosok alif hingga
membawanya sampai disini untuk menghabiskan waktu libur kuliahnya yang hanya 2
minggu. Demi bertemu dan melihat idolanya dari jarak dekat, walaupun dia tidak
tau apa - apa tentang
Jakarta. Karena sebelum Hana tinggal di Jepang, dia tinggal bersama keluarga
Jeje di Medan. Hana adalah anak yatim piatu. Kedua orangtuanya meninggal saat
dia masih SD.
Namun
tak sama dengan yang di khayalkannya sebelum berangkat ke Jakarta. Hana kira
dia akan banyak menghabiskan waktu menyenangkan bersama Alif, tapi pada kenyataannya
Alif bahkan terkesan seakan menghindarinya. Entah itu hanya sebuah perasaan
atau memang kenyataan. Tapi itulah yang saat ini dirasakan oleh Hana.
====**..TBC..**====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar