Sabtu, 17 Agustus 2013

Mungkin (I Wonder If You Hurt Like Me) Part 1


Author       : Chie d’qhiel jelex a.k.a Okta Yuchana
Title            : Mungkin ( I Wonder If You Hurt Like Me)
Main Cast  : - Alif
- Hana (Imaginer)
-Jeje
Other Cast : -Firly
-Arthur
-Louis Go
Genre          : Sad, Romance, Comedy
Rating          : PG 15
Summary    :  “ Cinta ini hadir sesaat setelah aku kehilanganmu. Dapatkah aku memaafkan diriku sendiri karena telah mengabaikan sosok yang indah sepertimu? Bahkan sampai sekarang, cintamu masih ku rasakan indah bersarang di hatiku. Karena kamu sangat berbeda dan aku ingin kamu kembali. I wonder if you hurt like me?”

=Alif POV=

“ apa yang kau lakukan pada Hana ku? Kenapa kau lakukan ini padanya? Jika kau membencinya, jangan buat dia pergi meninggalkanku sejauh ini!”

Tubuhku bergetar saat mendengar segala luapan kemarahan jeje padaku. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana caranya membuat dia kembali? Jeje yang berstatus sebagai sahabat baikku, selalu tersenyum dan bahkan terlihat ceria kini tampak sangat berbeda karena ku. Aku membuatnya marah, aku membuatnya kecewa dan aku membuatnya menangis meraung seperti ini. Aku yakin kata maafpun tak kan cukup untuk menebus segala kesalahanku padanya. 

“ Bunuh aku sebagai gantinya, lakukanlah apa saja yang ingin kau perbuat terhadapku. Aku pantas menerima semuanya! “ aku menundukkan kepalaku sedalam mungkin karena tak sanggup melihat matanya yang sangat basah karena air mata. Nafasku terasa sangat sesak. Seribu pennyesalan benar - benar memenuhi pikiranku. Bahkan aku berharap agar Jeje takkan pernah memaafkan ku seumur hidupnya. Bila perlu, aku ingin Jeje memberikan ribuan pukulannya padaku untuk membalas rasa sakitnya saat ini dan juga rasa sakit yang telah dialami Hana selama ini. 

“ YA ! tanpa kau suruhpun aku akan membunuhmu. Kau pantas mati Alif. Kau pantas merasakan penderitaan yang dirasakan Hana. Kau harus menebus semuanya. KAU PANTAS MATI !” lagi - lagi perkataan Jeje membuat air mataku semakin tidak terkontrol. Suara isakanku dan juga isakan Jeje bahkan memenuhi ruang UGD rumah sakit ini. Kedua temanku yang lainnya - Firly dan Arthur- terus memegang dan menahan tubuh Jeje agar tidak bisa meraihku. 

Kalau aku menjadi Jeje, aku pasti akan memaki dan memukul diriku sediri tanpa ampun. Tak peduli dengan status sahabat yang sudah kami sandang selama ini. Seharusnya Firly dan Arthur jangan menahannya. Biarkan aku menerima segala hukuman atas perbuatanku sendiri pada Jeje. Biarkan dia melampiaskan kemarahannya agar pnyesalanku tidak semakin besar. Ini pertama kalinya aku merasa bahwa aku benar benar seorang pecundang. Hanya sampah yang membuat orang lain menderita karena sikapku yang sangat keterlaluan. 

“ Jeje, kuharap kau tenangkan dirimu! Alif juga pasti tak pernah menginginkan semua ini terjadi. Berhentilah bersikap begini karena Hana tak kan pernah bisa kembali lagi. Tersenyumlah mengiringi kepergiannya agar dia bisa tenang di alam sana.” Firly terus memberikan pengertian pada Jeje agar dia meredam amarahnya.
“apa kalian bisa tenang jika kalian ada di posisiku? Masalah ini bukan hanya sekedar kehilangan sebuah pulpen. Kalau kalian jadi aku, apa kalian bisa memaafkan dia? Aku ingin dia mati di tangan ku seperti yg dilakukannya pada hana.” Suara Jeje semakin terdengar lantang. Lebih tepatnya seperti bukan seorang  Jeje yang selama ini ku kenal. Tak pernah pernahnya dia membentak apalagi membangkang ucapan Firly seperti ini. 

PLAAKK..

Aku mengangkat wajah ku saat mendengar suara yang membuat suasana  hening seketika. Sebuah tamparan dari Firly tepat mengenai pipi Jeje yang membuatnya dan juga kami -Aku dan Arthur- shock.
“ Apa dengan membunuhnya akan membuat Hana kembali hidup? Sadarlah Je, Bagaimana pun juga nyawa Alif tidak bisa menggantikan nyawa Hana.” Suara Firly tak kalah lantangnya dengan suara Jeje. Aku tak dapat menebak dengan jelas apa yang dipikirkan Jeje saat ini. Walaupun dia sudah mulai tenang, tapi aku masih dapat melihat kemarahan dari wajahnya. Tiba - tiba Jeje mengalihkan pandangannya ke arahku. 

Tak lama kemudian, langkah Jeje terus membawanya sampai berada tepat di hadapanku. Apa dia benar benar akan memukulku? Apa dia bahkan akan membunuhku sekarang di tempat ini juga? Apapun itu, aku sudah sangat siap menerima semuanya.

Namun tidak seperti dugaanku, Jeje malah menjatuhkan tubuhnya dan berlutut di hadapanku. Tangannya juga menggelayut di tanganku dengan kepalanya yang menunduk. Apa yang dia lakukan? Bukankah seharusnya aku lebih pantas melakukan itu padanya? Kumohon jangan lakukan itu. Itu membuat hatiku menjadi semakin sakit.

“ bang Je!” panggilku masih dengan suara bergetar. Berharap agar ia segera menghentikan sikap anehnya.
“ kumohon maafkan dia karena sudah mencintaimu. Kumohon maafkan dia karena telah mengganggumu. Kumohon maafkan juga aku yang sudah membiarkannya merusak hari - harimu. Aku tau kau begitu menderita karena kehadirannya. Tapi bodohnya aku, aku tak bisa membuatnya berhenti mencintaimu. Maafkan dia dan aku. Kumohon Lif, jangan pernah membencinya!” ucapnya dengan suara lirih. Bahkan perkataannya sempat terputus - putus karena dia berbicara masih dengan sebuah isakan dan air mata yang terus mengalir.

Setelah mendengar kata maafnya, apa aku masih pantas hidup? Aku sangat menyesal karena telah membuat semuanya seperti ini. Tuhan, ku mohon kembalikan Hana untukku dan untuk orang orang yang mencintainya. Biarkan aku menebus kesalahanku dengan memberikan yang terbaik buatnya. Kenapa dia harus pergi dengan luka perih dan air mata? Seharusnya aku yang merasakan penderitaan itu. Bukan dia. 

Kali ini tak ada lagi yang bisa ku ucapkan, aku hanya bisa menangis dan meratapi penyesalanku. Walaupun itu sia - sia  karena sudah sangat terlambat. Tapi hanya inilah yang bisa kulakukan buat hana yang selama ini ku abaikan dengan keegoisanku.  

====****====


Author POV

CKLEK

Serentak Alif, Firly Dan Arthur yang sedang menonton di ruang TV menoleh ke arah pintu utama yang terbuka lebar. Menampakkan Jeje yang sedang membawa tas hitam besar di tangannya dengan seorang wanita cantik berambut dark brown lurus sepinggang. Wanita itu berdiri agak di belakang Jeje. Dia juga terlihat menjinjing tas kecil di bahunya dan tangan kanan yang menggenggam erat koper berwarna hijau  miliknya.

“ Huuuaaaahh... cantiknya. Kenapa baru menampakkan sepupumu ini pada kami? “

“ karena sebelumnya aku tak pernah siap melihat reaksi Bang Firly yang seperti ini.” Jawab Jeje ketus karena mendapati Firly yang antusias menyambut kedatangannya dengan sepupunya itu.

“ apa aku terlalu berlebihan? Ucapanmu membuatku malu. Hehehehe...” Firly segera menhampiri  Jeje dan Hana. “ Oh ya, namamu siapa?” tanya Firly mengalihkan pandangannya pada wanita yang sekarang sudah mensejajarkan posisinya di samping Jeje. Style-nya sangat mirip dengan wanita Jepang walaupun ia adalah asli warga Indonesia. Mungkin itu karena dia sudah 2 tahun tinggal di negara sakura tersebut sehingga membuatnya tampak berbeda dengan wanita Indonesia pada umumnya.

“ namaku Hana_ “

“ Yohana?” Sela Arthur tak kalah antusiasnya dari Firly yang sukses membuat Jeje mendengus kesal.

“ aisshh.. kenapa di pikiranmu hanya ada Yohana, hah?” Jeje melempar kaos kaki yang baru dibukanya ke arah Arthur yang duduk bersebelahan dengan Alif. Kaos kaki busuk yang sudah 3 minggu tidak dicuci oleh Jeje itupun berhasil tepat mengenai wajah polos milik arthur itu. Benar -benar pria yang malang. Untung saja Arthur tidak mati di tempat karena mencium aroma membunuh dari kaos kaki bertuah milik Jeje.

“ Kyaaa... kesalahan apa yang telah ku lakukan sehingga Tuhan menghukumku dengan cara yang sekeji ini?” teriak Arthur dengan suara 5 oktaf dan segera menyingkirkan benda menijikkan berwarna coklat gelap yang seharusnya berwarna putih itu dari wajah tampannya. Namun karena serangan mendadak Jeje, image cool penuh karisma yang selama ini disandangnya pun seketika hilang.

Entah karena terlalu shock ataupun terkejut, refleks tangan Arthur malah membuang kaos kaki itu ke arah Firly sehingga benda bertuah yang disebutkan tadi itupun menempel di bahu Firly.
“ ARTHUUURRRR... apa yang kau lakukan pada baju kesayangnku? “ teriak Firly kesal.

Merasa jiwanya terancam karena wajah Firly yang telah mulai memerah, Arthurpun bergegas lari menyelamatkan diri dari amukan member tertua sekaligus Leader  itu. Dan saat itu juga Firly mengejar Arthur sambil mengacungkan sepatu di tangan kirinya yang siap melayang dan tidak membiarkan Arthur lolos begitu saja darinya.

Jeje dan Hana tertawa geli melihat kedua pria yang tampak manly di atas panggung itu bertingkah seperti tokoh kartun Tom and Jery yang sering ditayangkan di TV. Mereka memang sering bertengkar seperti itu tapi biasanya hanya berlangsung paling lama 5 menit karena bagaimanapun juga, mereka adalah keluarga kecil yang paling bahagia.

Lain halnya dengan dua bersaudara itu. Alif sama sekali tidak menunjukkan senyumnya sedikitpun. Wajahnya terlihat kesal dan Jeje sangat mengetahui penyebab sikap yang tak biasa dari magnae berambut merah itu.

“ Kenapa dia hanya diam? Bukankah yang tadi itu lucu?” Hana menunjuk ke arah Alif dan Jeje pun mengikuti arah yang dimaksud oleh Hana.

“ Itu memang lucu, dan bahkan akan sangat lucu kalau kau tidak ada disini.” Celetuk Alif sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Mata Hana langsung beralih ke Jeje seakan meminta penjelasan dari sepupunya itu yang juga menjadi lead vocal di S4.

“ jangan dengarkan celotehannya, sifatnya memang selalu begitu karena dia tidak menyukai wanita_”

“ haahh? Maksudnya dia homo?” kalimat Jeje terputus karena Hana yang langsug menyela kata -katanya dengan ekspresi kaget. Sedangkan Alif yang dikatakan homo oleh Hana itupun spontan mendelik tajam ke arahnya.

“ uppss, sorry.. hehehe” ucap Hana polos dengan membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangannya.

“hahaha.. bukan begitu. Dia tidak menyukai wanita manapun masuk dan bahkan tinggal di rumah ini.” Jelas Jeje, sedikit berbohong karena sebenarnya Alif tidak menyukai keberadaan Hana. “ ayo ikut, bang je  akan menunjukkan di mana kamarmu!”

“ aish..” gumam Alif pelan sehingga Jeje dan Hana tidak mendengarnya. “ itu kamarku. Bukan kamar dia.” Batin Alif saat melihat kedua bersaudara itu sudah menaiki tangga menuju lantai 2.

====****====

“kyaaa..jangan lihat apapun!” teriak Hana berlari kearah Alif sambil mendorongnya hingga keluar kamar. Hana buru - buru menutup pintu kamarnya dan kembali menatap Alif.

“kenapa kau memandang ku seperti itu? Aku bisa keluar sendiri tanpa harus kau dorong - dorong seperti tadi. Tingkahmu membuatku seperti seorang kriminal. Dan kau sangat menyebalkan.” Karena marah, Alif langsung membentak Hana. Sebenarnya Alif tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja entah kenapa setiap kali berhadapan dengan Hana nada bicaranya memang tidak bisa terdengar lembut.

“Maaf, aku Cuma tidak mau kau melihat isi kamar ku.” Suara hana melemah. Kepalanya juga menunduk karena Alif terus menatapnya dengan sangar.

Alif memutar bola matanya dan tersenyum sinis. “ heh.. kau bilang itu kamarmu? Benar benar tidak tau malu. Aku curiga, sebenarnya apa yang sudah kau lakukan  pada kamarku?”

“Tidak ada, aku hanya sedikit menambahkan sesuatu.” Hana mengibaskan tangannya. Mencoba meyakinkan dengan wajah polosnya agar Alif percaya bahwa dia benar - benar tidak melakukan hal yang buruk pada kamar Alif yang untuk sementara ini menjadi kamarnya.

“Ada apa ini? Kenapa kalian berisik sekali?”  tanya Jeje yang tiba - tiba muncul. Serentak Alif dan Hana mengalihkan pandangan mereka pada pria berambut blonde itu.

“Bang Je, tolong perbaiki kunci pintu kamar ini. Teman galakmu itu baru saja masuk ke kamarku secara tiba - tiba.” Rengek Hana manja. Tangannya juga mengguncang sebelah tangan Jeje.

“Benarkah?” Jeje menatap tajam ke arah Alif yang sukses membuat pria itu gugup.

“Bu..bukan begitu. Aku belum terbiasa dengan kehadiran Hana dan masih menganggap bahwa itu adalah kamarku.”

“Dasar mesum.” Ucap Jeje singkat menanggapi penjelasan Alif.

“Huh.. terserahlah. Kurasa sekarang tak ada lagi yang akan mempercayaiku.” Alif memicingkan matanya. Menatap kesal pada Hana yang sudah berlindung di balik tubuh Jeje. Sedetik kemudian Alif pergi dan memasuki kamar Jeje yang sekarang juga menjadi kamarnya selama Hana tinggal bersama mereka.

“Kenapa kau suka sekali mengganggunya?”

“Hmm.. dia saja yang terlalu sensitif. Aku heran kenapa magnae itu bisa terlihat cute di atas panggung namun pada kenyataannya dia sangat menyeramkan.”

“Kau ini, kalau tau dia itu menyeramkan sebaiknya kau jangan dekati dia.”

“Tapi aku menyukainya.”

“Kecilkan suara mu. Kau mau dia mendengarnya?” ucap Jeje pada adik sepupunya itu.

Sementara itu tanpa di sadari oleh Jeje dan Hana, ternyata Alif masih berdiri dibalik pintu. Sehingga pembicaraan singkat antara mereka  masih sangat terdengar jelas olehnya. Karena letak kamar yang sekarang ditempati Hana berada tepat di depan kamar Jeje yang juga menjadi kamar Alif.

“Apa? Dia menyukaiku? Aish.. jangan harap aku juga akan menyukai wanita seperti mu.” Batin Alif sambil berjalan dan merebahkan tubuhnya diatas kasur.

                                                                        ====****====

Pagi ini Hana sengaja bangun lebih awal karena ingin membuatkan sarapan untuk Alif. Namun karena Hana khawatir member lain akan curiga terhadapnya, jadi mau tak mau Hana juga harus menyiapkan sarapan untuk semuanya. Ini pertama kalinya Hana memasak di hari keduanya tinggal bersama keempat pria tampan yang tergabung dalam grup vokal S4.

“Emm..ini enak sekali. Ini juga enak. Dan ini? Emm..semuanya sangat enak.” Mata Arthur berbinar tiap kali dia memasukkan sushi buatan Hana kedalam mulutnya. Suaranya pun terdengar kurang jelas karena dia berbiara dengan mulut yang masih penuh dengan makanan. “Aku merasa seperti sedang berada di Restaurant Jepang. Kupikir Yohana harus belajar masak denganmu. Agar nanti jika kami sudah menikah, aku bisa memakan makanan seenak ini setiap harinya.”

PLAKK..

Firly memukul belakang kepala Arthur karena merasa kesal dengan sikap berlebihannya yang mulai kambuh lagi.

“Habiskan dulu makanan yang ada di mulutmu baru kau boleh bicara.” Ucap Firly santai dengan menunjukkan sikap seorang leader -nya yang tegas. Dia sama sekali tidak mempedulikan Arthur yang sedang terbatuk - batuk karna tersedak. Tangan kanan Arthur terus menepuk -nepuk dadanya sendiri agar dia tidak bertemu dengan malaikat maut secepat ini. Sangat lucukan jika seluruh media informasi akan memberitakan ‘Seorang Member Boyband S4 Meninggal Dunia Akibat Tersedak Sushi’ pada headline mereka?

Alif yang duduk disamping Arthur pun juga ikut membantu dengan mengusap - usap punggung lebar milik Arthur. Hingga tak lama kemudian batuknya pun mulai berhenti. Hanya saja wajah dan juga mata Arthur sedikit memerah.

“Aku hampir mati karena ulahmu bang.”Arthur sedikit memerosotkan tubuhnya pada sandaran kursi.

“Ngomong - ngomong, siapa yang mengajarimu masak?” tanya Firly pada Hana. Sengaja untuk mengabaikan perkataan Arthur yang sukses membuat pria berambut coklat itu menjadi kesal. Namun karena Firly adalah abang-an sekaligus leader mereka, Arthur hanya bisa berkomat kamit sendiri tanpa suara untuk meluapkan kekesalannya.

Hana sedikit menahan tawanya sebelum menjawab pertanyaan Firly. “Aku belajar secara otodidak. Di Jepang aku hanya tinggal sendirian, sehingga aku dituntut harus bisa mandiri untuk menghidupi diriku sendiri.” Jelasnya panjang lebar dengan senyum  yang masih merekah.

“Sepertinya kau harus menjadi koki kami. Karena jika kami yang memasak untukmu, kau harus menyiapkan mental untuk memakan makanan yang tidak layak selama kau berada disini. Kau tau kami semua ini laki-laki kan, jadi diantara kami tidak ada yang pintar memasak.” Ucap Jeje sambil mengunyah makanannya.

“Emm..bukankah bang Je dan Alif pintar memasak?” ucap Hana dengan wajah polosnya yang sangat cantik.

“Tau apa kau tentang aku?” sahut Alif tiba - tiba masih dengan tampang kesal yang terus di pertahankannya sejak kemarin. Membuat semua yang ada di meja makan tersebut serentak melihat ke arahnya.

“Aku banyak tau tentangmu, bang Jeje, bang Firly dan juga bang Arthur.” Hana menatap bergantian setiap nama yg di sebutkannya dan kembali menatap alif.

“Apapun yang kau lihat di TV atau internet itu sama sekali  berbeda dengan kenyataannya. Sebelum kau datang kesini, kau tak pernah taukan bagaimana sifat bang Firly dan bang Arthur yang sebenarnya?jadi berhentilah bersikap sok tau.!”

Kata - kata pedas Alif seketika mengubah suasana menjadi hening dan menegang. Sama sekali tidak ada yang menyangka bahwa Alif akan mengatakan suatu hal yang pastinya menyakiti ataupun menyinggung perasaan Hana. Jeje , Firly dan Arthur hanya bisa diam karena takut akan semakin memperkeruh keadaan. Bahkan Jeje yang biasanya paling ahli mencairkan suasanapun kali ini tidak bisa berbuat apa - apa.

“Kau..” geram Hana dengan tatapan tajam yang juga di balas oleh Alif. Sikap mereka berdua seakan menunjukkan bahwa takada satupun diantara mereka yang ingin mengalah.

“ Apa? Kau mau mengatakan apa lagi tentangku?”tantang Alif dengan angkuhnya. Kedua alisnya juga mengernyit.

“kau benar - benar mirip dengan red bird yang ada di game angry bird.hahahaha..”

Tidak seperti yang dipikirkan, Jeje, Firly dan Arthur yang sempat dibuat khawatir akan terjadi suatu pertempuran baru itu pun ikut tertawa kencang sama halnya seperti yang dilakukan oleh Hana. Terlebih lagi melihat ekspresi Alif yang sontak berubah seketika saat Hana mengatakan bahwa dia mirip dengan tokoh karakter game yang selama ini sering di mainkannya dan bahkan menjadi salah satu game favoritenya.
“Hey.. kau bilang aku apa?” bentak Alif dengan wajah yang memerah. Namun keempat orang yang berada di meja makan itu pun terus saja tertawa tanpa mempedulikan bentakan dari Alif.

“Kalian sedang membicarakan apa?” tiba - tiba manajer Go hadir di tengah - tengah mereka dan duduk di sebuah kursi yang masih kosong.

“wooww..pagi ini kalian makan enak? Apa sekarang di sekitar sini sudah ada Restaurant yang buka 24 jam?” pertanyaan yang pertama saja belum dijawab. Tapi manajer Go sudah menyerang mereka dengan pertanyaan - pertanyaan baru. Manajer mereka ini memang datang diwaktu yang tepat. Selain sedang ada makanan enak, kehadirannya juga sukses meredam amarah Alif yang tadinya sudah sempat memuncak.

“Sepertinya sampai saat ini sih belum ada. Hanya saja kemarin kami kedatangan seorang chef handal yang didatangkan langsung dari Jepang.” Jelas Firly sambil mengalihkan pandangannya pada Hana yang duduk di samping Jeje.

“Benarkah?” manajer Go sedikit terhenyak karena sedari tadi tidak menyadari keberadaan Hana. “oo.. aku baru ingat. Dia sepupu yang sebelumnya pernah kau ceritakan itukan?”  tanya  sang manajer pada lead vocal S4 tersebut. Jeje hanya mengangguk menjawab pertanyaan manajernya.

“emm..kau sangat cantik. Bukankah kalian bersaudara? Tapi kenapa kau tidak sejelek Jeje? Kalian bahkan tidak mirip sama sekali.”

“Tentu saja. Kamikan diolah dari rumah produksi  yang berbeda.” Jawab Jeje dengan sebuah candaan sehingga mengundang gelak tawa dari semuanya. Namun lain halnya dengan Alif yang masih saja memberengut.

“Aku mandi dulu.” Alif menggeser kursinya ke belakang lalu berdiri.

“Kenapa makananmu tidak dihabiskan? Biasanya kan kau yang paling rakus diantara semua member. Apa kau malu karena ada wanita cantik disini?”oceh manajer Go seadanya.

“Aku sudah kenyang. Lagian sejam lagi kita ada acara di SCTV  Tower kan?”ucap Alif sambil berlalu meninggalkan ruang makan.

Mata Hana terus mengikuti langkah Alif, menatap punggung pria yang selama beberapa bulan ini dikaguminya sampai sosok itu hilang dari pandangannya. Ada rasa bersalah menginggapi hatinya. Hana merasa bahwa Alif seperti sangat tidak menyukai kehadirannya. Karena yang dia tau selama ini, Alif bukanlah orang yang kasar ataupun cuek. Alif yang diketahuinya adalah seorang idol yang sangat ramah, baik dan lucu. Itulah yang membuatnya sangat mengagumi sosok alif hingga membawanya sampai disini untuk menghabiskan waktu libur kuliahnya yang hanya 2 minggu. Demi bertemu dan melihat idolanya dari jarak dekat, walaupun dia tidak tau apa - apa tentang Jakarta. Karena sebelum Hana tinggal di Jepang, dia tinggal bersama keluarga Jeje di Medan. Hana adalah anak yatim piatu. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih SD.

Namun tak sama dengan yang di khayalkannya sebelum berangkat ke Jakarta. Hana kira dia akan banyak menghabiskan waktu menyenangkan bersama Alif, tapi pada kenyataannya Alif bahkan terkesan seakan menghindarinya. Entah itu hanya sebuah perasaan atau memang kenyataan. Tapi itulah yang saat ini dirasakan oleh Hana.

                                                          ====**..TBC..**====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar