Title : DISTURBANCE
Author :
Min_Sera
Main Cast :
– Arthur
– Sera
( Author numpang eksis)
Support Cast : – Alif
– Yuna
(Imaginer)
Length :
2.275 words
Genre :
Romance, Sad, Friendship
Rating : PG-13
Summary : Aku memilih untuk diam bukan karena aku
takut tidak kau dengar. Tapi aku menahan keegoisanku agar hubungan ini baik –
baik saja. Aku yakin jika kau benar – benar mencintaiku dengan tulus, maka kau
tak kan membiarkanku menangis memohon agar kau lebih mengerti akan perasaanku.
A.N : Sebenarnya
ni FF mang murni dari pemikiran author, tapi waktu di baca – baca lagi kok jadi mirip ma lirik lagu BoA yang judulnya
Disturbance ya?.*pasang muka polos =D . Jadi author mohon maaf yang sebesar
besarnya bila terdapat kesamaan jalan cerita yang merupakan kebetulan belaka.
Peace
Oya, anggap semua cast yang ada di FF ini seumuran. And the last words,
Happy reading...
Part 1
Sera
menundukkan wajahnya tanpa sekalipun mengalihkan pandangan dari handphone nya.
Ia sudah melakukan kegiatan ini hampir 2 jam. Terus menunggu tanpa ada
kejelasan itu sangat menyebalkan. Itu juga yang sebenarnya dirasakan oleh Sera
saat ini. Namun keyakinannya akan kedatangan sang kekasih tercinta mengalahkan
segalanya. Sera mulai mengangkat wajahnya ketika ia melihat ada seseorang yang
menyodorkan sekantong plastik yang berisikan biskuit dan sebotol air mineral.
“Terima
kasih” Sera mengambil bungkusan itu sambil tersenyum tipis.
“Ini
sudah hampir dua jam, dan kau masih menunggunya disini? Cih.. tidak bisa
dipercaya.” Geram Alif.
“Seharusnya
tadi kau ikut makan bersama kami” Yuna
menatap miris ke arah Sera. Ini sudah hampir jam tiga, kalaupun ia makan
sekarang, bukankah hal ini tidak bisa lagi disebut makan siang?
“Nggak
apa – apa
koq. Lagi pula aku belum lapar. Kalian kan tau kalau aku paling susah makan” Sera
memaksakan tawanya.
Alif
dan Yuna saling menatap penuh tanya, meraka memang sudah hampir tidak mengenal
sahabat mereka ini. Sera yang dulu terlihat sangat periang, sekarang sudah
berubah menjadi orang yang murung dan terkesan menutup diri bahkan kepada
mereka berdua. Ini terjadi semenjak Sera mulai dekat dengan Arthur, seorang mahasiswa yang cukup terkenal
dikampusnya karena wajahnya yang memang diatas rata – rata. Bukan hanya itu, ia
juga terkenal aktif sebagai pemain basket di kampus mereka, plus sikapnya yang
cukup dingin membuat siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona.
“Tidak
usah memaksakan diri untuk tertawa. Kau terlihat menyedihkan” ucap Alif
menghentikan tawa Sera.
Drrrttt drrrrttt...
Sera
segera membuka pesan yang masuk ke handphone
nya. Setelah membaca pesan tersebut, sera segera menundukkan wajahnya. Sekarang
air matanya mulai menetes. Dia sudah tidak sanggup untuk membendung semua rasa
yang terkumpul di dalam dadanya. Melihat hal tersebut Alif segera mengambil handphone yang dipegang oleh sera dan
membaca pesan tersebut. Alif benar –
benar
tidak percaya dengan apa yang sedang di bacanya.
“Sekarang
sudah jelas. Sampai kapan kau akan bertahan dengan semua ini?” suara Alif mulai
meninggi.
“Sudah
lah, Lif, hentikan semua ini” Yuna segera mendekat ke arah Sera dan langsung
memeluknya. Air mata Sera semakin deras mengalir, isakan – isakan pun semakin
kuat terdengar. Dadanya terasa tidak mampu menahan semua rasa itu. Rasa kesal
karena telah menunggu lama dan sekarang rasa kecewa karena Arthur ~lagi – lagi~
membatalkan janjinya.
“Sudah
lah, ku antar kau pulang sekarang.” Ucap Alif sedikit merendahkan suaranya
kembali. Walaupun saat ini dia marah, tapi ia tau kalau ia meluapkan semua
amarahnya akan membuat Sera semakin terluka.
@ Sera’s home
Sera
lagi – lagi memandangi handphone nya. Suatu kegiatan yang telah rutin dia
lakukan akhir –
akhir ini. Dia benar –
benar
tidak percaya bahwa Arthur tidak juga menghubunginya sejak mengirimkan pesan terakhir
kemarin. Kesibukan apa yang dilakukan oleh Arthur sampai ia tidak mempunyai
waktu untuk menelfon atau hanya sekedar mengirimkan satu sms untuknya. Sera
melihat foto yang menjadi wallpaper handphone nya. Foto itu adalah foto dirinya
dan Arthur yang diambil 5 bulan yang
lalu.
“Sudah
lama sekali, aku ingin kembali pada saat kita masih saling perhatian dulu. Aku
merindukanmu” Sera berbicara pada foto Arthur
seolah foto itu akan mendengar semua curahan hatinya. Sera mengalihkan
pandangannya ke arah luar jendela kamarnya dan menatap jauh dengan
pandangan kosong.
~Flashback~
Sera P.O.V
“
Terus Arthur.. oper bolanya.,. ya... yeee..” aku terus bersorak memberi
dukungan kepada Arthur. Sebenarnya bukan hanya aku yang yang bersorak, seluruh
orang yang ada di lapangan ini juga ikut bersorak sepertiku. Ya, ini adalah
pertandingan final antara kampusku dengan Universitas Satria Agung. Kampus kami
mendapat kehormatan sebagai tuan rumah, Jadi wajar rasanya kalau kami memiliki
supporter yang lebih banyak.
“MASUK..
Yeee..” teriak kami serentak ketika Arthur berhasil membuat triple point untuk
kampus kami.
Setelah
memasukkan point, Arthur berlari untuk kembali ke posisi awalnya. Tapi tidak
lupa dia tersenyum dan mengacungkan jempolnya kearah ku. Seluruh supporter yang
duduk di sisi bangku penonton yang sama dengan ku kembali bersorak lebih keras.
“Yuna..Alif..
kau lihat itu. Arthur mengacungkan jempolnya kearah ku. Kyaaaa,,,” ucapku
bersemangat sambil menarik narik tangan Yuna dan Alif yang duduk di sisi kiri
dan kananku.
“Iya,
aku tidak buta” ucap Alif sambil menepis tangan ku.
“Hentikan
Sera, ini sakit” sekarang giliran Yuna yang berkomentar. Aku bisa melihat
wajahnya meringis karena menahan sakit akibat tarikanku di lengannya tadi.
“Sorry..
Aku terlalu bersemangat..hehehe..” aku segera menghentikan kegiatan tarik
menarikku di lengan kedua sahabatku ini.
“aissh..”
Alif membuang mukanya dariku, sedangkan Yuna hanya memutar bola matanya malas.
Mereka memang tidak terlalu suka menonton pertandingan basket, tapi karena aku
yang memaksa akhirnya mereka terjebak juga di ruangan segi empat ini bersamaku
dan banyak orang lainnya. Oleh karena itu aku tidak terlalu mempermasalahkan
sikap mereka yang sedikit kesal.
Prriiittt..priiittt..prrrriiiittttt...
Akhirnya
pluit panjang terdengar menandakan berakhirnya pertandingan ini. Tim kami
menang telak atas tim lawan. Sorak sorai semakin kuat terdengar di seluruh
ruangan, bahkan aku sangat yakin sorak sorai ini terdengar sampai keluar
gedung. Aku masih tetap memperhatikan Arthur yang berpelukan dengan teman satu
tim dan juga pelatihnya. Aku turut tersenyum menyaksikan senyuman yang merekah
di bibir mereka semua.
“
Akhirnya selesai juga” Alif langsung berjalan ke arah pintu keluar meninggalkan
aku dan Yuna.
“Ayo
kita keluar, sebentar lagi pintunya akan
di penuhi banyak orang” kata – kata Yuna
berhasil menyadarkanku.
“Oh
iya,,” jawab ku sambil mengikutinya ke pintu keluar.
Aku
menghentikan langkahku ketika aku merasakan handphone ku bergetar. Aku
mendapatkan satu pesan yang membuat ku tersenyum.
Message
from : my prince Arthur
Tunggu
aku di luar. Ada yang ingin ku bicarakan. Love you
Message
to : my prince Arthur
Okey..
love you too. <3
Alif
dan Yuna memandang aneh terhadap ku. Aku tau tingkah ku saat ini pasti sangat
memalukan, tapi aku juga tidak bisa mengontrol diriku sendiri untuk tidak
tersenyum.
“Bisa
kah kalian pergi duluan? Aku ada sedikit urusan” ucap ku hati – hati karena
tidak ingin membuat sahabatku kecewa.
“Tapi
kita sudah janji mau makan bareng, ra” aku mendengar ada sedikit kekecewaan
dari nada bicara Yuna.
“Maaf”
aku menangkupkan kedua tanganku di depan dada sebagai tanda aku benar – benar meminta
maaf.
“Sudah
lah Yuna, kita pergi berdua saja.” Alif menarik tangan Yuna kasar. Aku tau
sahabatku yang satu ini pasti marah. Dia memang tidak senang melihatku dekat
dengan Arthur. Jangan tanya mengapa, Karena aku juga tidak tau alasannya.
“Apa
kau sudah lama menunggu?”
Aku
sedikit terkejut mendengar suara itu. Suara dari orang yang sangat ku kagumi
dan selalu ku rindukan. Kau mungkin tidak kan mengerti dengan apa yang aku
rasakan kalau kau tidak sedang jatuh
cinta.
“Be..belum
koq” jawabku terbata – bata. Oh Tuhan. Aku bahkan tidak tau bagaimana bentuk
mukaku pada saat ini. rasanya aku ingin membenamkan wajah ke dalam tanah untuk
menutupi rasa maluku ini.
“Ha.ha.ha.
kau lucu sekali” tawa Arthur lepas. Aku
tidak pernah melihatnya tertawa seperti ini sebelumnya. Benar – benar membuat
hati ku tentram hanya dengan mendengarnya.
“Apa
yang ingin kau bicarakan” aku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan
setelah kami hanya saling menatap untuk beberapa saat. Kulihat Arthur mulai
mendekatkan wajahnya ke wajah ku. Oh God.. apa yang akan dia lakukan? Karena
sangat gugup, aku hanya dapat memejamkan mataku.
“aku
sangat lapar. Mau kah kau menemaniku makan?” Bisik Arthur tepat di telingaku.
Hah???..
kulihat Arthur mulai tertawa lagi. apa yang aku pikirkan? Aku menundukkan wajah
ku dalam – dalam .Aku benar –
benar
malu. Pasti saat ini Arthur berpikir bahwa aku sangat mesum. Seseorang tolong
selamatkan aku. Aku ingin mati saat ini dan di tempat ini juga.
Tapi
aku segera mengangkat wajahku ketika kurasakan Arthur mulai menggandeng
tanganku lembut. Kulihat sekarang ia tersenyum manis ke arah ku. Sebuah
senyuman yang aku harap hanya untuk ku saja. Dan baik... Kutarik ucapan ku
sekarang tentang keinginanku untuk mati tadi. Aku masih mau hidup dan kuharap
waktu berhenti di detik ini juga.
######~~~~~~######~~~~~~#######
Tidak
terasa kami sudah menjalani hubungan selama dua tahun. Hubungan kami masih baik
– baik saja. Arthur sangat perhatian padaku, baik di sela – sela
kesibukannya latihan maupun bertanding basket, ia selalu berusaha
menghubungiku. Jika ku cerita kan tentang hal apa saja yang kami lakukan, aku
yakin siapapun akan bosan. Karena setiap hari kami hampir melakukan hal yang
sama. Tidak ada pertengkaran dalam hubungan kami.
Tapi
aku merasa hubungan ini mulai merenggang sekarang. Mungkin karena kesibukan
kami berdua. Kami sudah jarang keluar bersama. Bahkan sekarang dia mulai jarang
mengangkat telfon dariku. Kalau pun dia menjawab panggilan ku itu hanya
sebentar, tanpa sempat aku menanyakan lebih dari dua kalimat.
“Hallo”
“Hallo.
Apa yang sedang kau lakukan sekarang?” tanya ku hati – hati. Aku tidak mau
mengganggunya seperti panggilan – panggilan ku yang lalu.
“Maaf
Sera. Aku sedang sibuk sekarang. Nanti ku telfon balik. Okey.”
Tuutt..tuutt..tuutt.
Lagi
– lagi dia mematikan telfonnya tanpa menjawab pertanyaan ku dan berjanji akan
menelfon balik. Tapi itu hanya janji. Karena setelah mematikan telfon dariku, dia
sama sekali tidak pernah menelfonku lagi. And one more thing. Aku merasa dia
semakin jarang bilang kalau dia mencintaiku.
~Back to present~
Author
P.O.V
Sera
menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur miliknya. “Apa kau sudah bosan padaku?”
ucap sera lirih sambil menatap langit –
langit
kamar , air mata mulai menetes lagi membasahi pipinya. Entah mengapa
perasaannya mulai sensitif. Air matanya seolah mudah keluar setiap mengingat hubungannya
dengan Arthur.
Sera
buru – buru bangkit mengambil hp nya yang berdering. Ia sungguh berharap kalau
Arthur akan menghubunginya sekarang. Namun sepertinya ia harus menunggu lebih
lama lagi, karena si penelpon tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Sera.
“Ya”
jawab Sera singkat setelah mengangkat handphone nya.
“Sera
kau sudah bangun? Bagus lah.. hari ini ada diskon besar – besaran, apa kau mau
menemaniku belanja?” ucap Yuna tanpa memberi jeda pada Sera untuk menjawab
pertanyaannya.
“Aku
ingin menghabiskan hari libur ini untuk tidur, Yuna” jawabku malas.
“Apa?
Kau minta jemput? Baiklah. Akan ku jemput kau sekitar jam 10, jadi kau punya
waktu untuk bersiap siap selama 1 jam ke depan. See ya”
“Tapi..
aishh.. anak ini benar –
benar
membuat ku kesal” Sera meletakkan hp nya kembali ke meja riasnya setelah Yuna
memutuskan panggilan mereka. Ia tau, ia harus segera bersiap – siap bila tak
mau mendengar omelan Yuna satu harian ini yang akan membuat mood nya semakin
jelek.
Sera
mengambil handuk sebelum masuk kedalam
kamar mandi. Ia merasa bahwa menemani Yuna berbelanja bukan hal yang buruk. Karena
mungkin hal ini bisa membuat Sera sedikit melupakan masalahnya dengan Arthur
walaupun hanya sesaat.
@ mall
Sera
P.O.V
“
Kita masuk ke situ dulu “ ucap Alif ngotot sambil menarik tangan Yuna ke arah
distro yang menjual pakaian laki –
laki.
Well, aku agak sedikit lupa menceritakan kegemaran sahabatku yang satu ini.
Walaupun kau melihat dia sebagai pribadi yang cool, tapi satu hal yang harus
kau tau kalau dia itu hobby berbelanja. Bahkan terkadang dia jauh lebih
bersemangat untuk belanja dari kami berdua yang sebenarnya adalah seorang
wanita.
“Bisa
kah kau lebih pelan sedikit? Pergelangan tanganku hampir putus.” Yuna mencoba melepaskan tangan Alif dari
pergelangan tangannya. Walaupun itu sia – sia karena kekuatan tangan Alif lebih
besar darinya.
Aku
tidak bisa berhenti tertawa melihat tingkah kedua sahabatku ini. Mereka memang
selalu bisa membangkit kan mood ku kembali. Aku terus mengikuti mereka dari
belakang. Namun Senyum ku memudar ketika
aku mengalihkan pandangan pada seseorang
yang sepertinya kukenal. Seorang yang memiliki tubuh yang tinggi, tidak terlalu
gemuk dan tidak terlalu kurus. Dia juga memiliki kulit yang putih bersih
seperti susu.
Aku
berusaha untuk mengingkari penglihatan ku. Bukan karena aku tidak ingin
melihatnya saat ini. Tapi karena dia tidak berjalan sendirian. Aku melihat ada
seorang gadis yang menggelayut mesra di
lengan kirinya. Dan sesekali Arthur tertawa sambil mengelus puncak kepala
wanita itu. Hal yang sudah lama tidak dia lakukan padaku.
Dadaku
sangat sesak. Aku merasa ada benda seberat puluhan ton yang menimpah dadaku. Tanpa
kusadari air mata ku mulai mengalir lagi. Aku bahkan tidak memperdulikan
anggapan orang yang sekarang sedang memandang ku dengan berbagai ekspresi. Aku
mulai berbalik arah dari meraka. Aku terus berlari kecil sambil terus menyeka
air mata ku. Tatapan ku mulai mengabur karena air mata yang tetap saja terus
mengalir, padahal aku sudah berusaha untuk membendungnya. Aku terus merutuki diriku
sendiri di dalam hati karena telah melakukan hal bodoh semacam ini. Kenapa aku
harus berlari? Bukankah aku harus menemuinya dan bertanya hal apa yang
sebenarnya terjadi? Tanpa ku sadari aku menabrak seseorang yang
berada di depan ku. Aku berusaha menjaga keseimbangan ku agar aku tidak
terjatuh.
“Kau
tidak apa – apa?” ku dengar ia bertanya pada ku dengan nada khawatir
Bukannya
menjawab pertanyaannya, tangisku malah semakin pecah. “Kenapa kau lakukan ini
padaku? Apa salahku padamu? Apa kurangku?” aku terus menangis sambil memukul
dada laki – laki yang ada dihadapanku sekarang ini. Aku sudah tidak peduli
dengan apa yang terjadi, dengan apa yang dipikirkan oleh orang – orang di sekitar
ku. Bahkan aku tidak peduli dengan apa yang di rasakan oleh orang yang ku pukul
saat ini. Tuhan, cabut nyawaku sekarang.
Aku benar – benar tak ingin hidup lagi.
TBC
Huuwaahh..
part 1 nya selesai juga ni. Ada yang mau kasi kritik dan sarankah?? Author
tunggu kritik dan sarannya, yang maw nge–bash
juga gk papa kok.. tu bakal author jadi’in pelajaran yang puaaaliing berharga..
See Ya di part selanjutnya...* lambai – lambai tangan..^^