Kamis, 05 September 2013

DISTURBANCE Part 3


Title                :  DISTURBANCE
Author           :  Min_Sera            
Main Cast      :   Arthur
    Sera ( Author numpang eksis)
    Jeje
Support Cast :   Alif
    Yuna (Imaginer)
    Firly
    Naya (Imaginer)
Length            : 2.954 words
Genre             : Romance, Sad, Friendship
Rating            :  PG-13
Summary       : jangan pernah membuat wanita yang kau cintai menangis. Karena akan sangat menyakitkan ketika ada laki laki lain yang membantu menghapus air matanya.
A.N                 : warning! part ini mungkin akan lebih panjang dari part2 sebelumnya.

Arthur P.O.V

Firly mendorong tubuhku ke tembok sambil mengepalkan tangannya dan bersiap melayangkan pukulan ke arah wajahku. Aku segera menutup mataku. Aku sudah siap menerima semua pukulan yang akan diberikannya, karena aku merasa memang pantas mendapatkannya. Kalau aku menjadi Firly aku juga akan melakukan hal yang sama. Walaupun hubungan Firly dan Sera tidak terlalu dekat, namun mereka tetap memiliki hubungan persaudaraan.

Bukannya merasakan pukulan dari Firly, aku malah merasakan cengkraman tangannya di kerah bajuku semakin melonggar. Aku memberanikan diri membuka mataku untuk memastikan alasan Firly yang tidak juga memukulku. Ku lihat dia berbalik setelah melepaskan kerah bajuku.

“Jangan sakiti dia lebih dari ini. Lepaskan dia kalau kau benar – benar sudah bosan padanya” suara Firly sedikit bergetar. Aku tau dia pasti menahan amarahnya sekarang.

Dia terus keluar dari kamarku tanpa sedikitpun menoleh ke arah ku. Aku bingung bagaimana aku bersikap esok hari jika kami bertemu. Bagaimanapun juga kami hanya tinggal berdua  di rumah ini.

Aku menjatuhkan tubuhku secara kasar ke atas ranjang sambil mengacak rambutku frustasi. Tanpa kusadari tanganku telah mengambil handphone di kantong celanaku. Aku memperhatikan foto ku dan Sera yang menjadi wallpaperku. Foto yang memperlihatkan betapa bahagianya kami pada saat mengambil gambar tersebut. Aku juga bingung, menguap kemana rasa sayang ku yang dulu?
Tiba – tiba perkataan Firly sebelum keluar dari kamar kembali terbesit dalam pikiranku.

“Baiklah. Aku rasa ini adalah keputusan yang terbaik. Aku tidak bisa terus menyakitinya seperti ini” aku berkata pada diriku sendiri. Aku mendudukkan diriku masih di atas ranjang sambil mencari nama Sera dan segera menekan tombol dial di handphone ku.

Namun aku segera menekan tombol End sebelum dia mengangkat panggilanku. Aku memang sudah bosan kepadanya. Namun tidak pernah sekalipun terbesit dalam pikiranku untuk melepaskannya.

“AAACCCHHHHHHH...” aku menjerit sambil membanting handphone ku ke dinding. Kulihat sepihan handphone ku berserakan di lantai. Aku benar – benar bingung akan keputusan apa yang harus aku ambil saat ini.

~~~~####~~~~####~~~~####~~~~

Author P.O.V

Alif melangkahkan kakinya gontai saat memasuki halaman rumahnya. Ia terus berjalan sambil menundukkan wajah. Masih terlihat sisa – sisa amarah di raut wajahnya. Namun ia segera mengangkat wajah ketika ia melihat ada seseorang yang tidur di sebuah kursi di teras rumahnya. Alif terus memperhatikan wajah orang tersebut. Namun ia masih yakin kalau wajah orang tersebut sama sekali tidak familiar.

“Hei.. Bangun..” ucap Alif memberanikan diri untuk mengguncang tubuh orang tersebut.

Orang tersebut mengucek matanya pelan. Terlihat sangat jelas kalau ia masih sangat mengantuk. Namun ia memaksakan diri untuk bangkit.

“AALLIIIIFFFF...” teriaknya sambil memeluk tubuh Alif. Alif tidak bisa bereaksi karena ia masih Shok dengan ‘serangan’ tiba – tiba dari orang yang ia rasa asing tersebut.

“Uhuk..uhuk.. Bisakah kau lepaskan pelukanmu? Aku tidak bisa bernafas..uhuk” Alif  bersusah payah mengucapkan kata – katanya.

“Oh.. Sorry. I’m over Exited. You know, I miss You so bad” orang itu berbicara sambil melepaskan pelukannya. Tanpa di beri tau pun Alif sudah tau kalau dia terlalu senang. Hal itu terlihat jelas dari tindakan yang diperlihatkannya sedari tadi.

“Tapi aku tidak mengenalmu” ucap Alif polos

“WHAT? Are you kidding me? Come on, Alif” ucap orang itu kecewa.

“Bisakah kau berbicara dalam bahasa Indonesia? Kau semakin membuatku bingung” kata Alif masih dengan wajah polosnya.

“Hahahaha....  Sorry..I forget if your score in English lesson so bad when we were in Senior High School ” bukannya menjawab pertanyaan Alif, orang itu malah tertawa keras.

“Kalau kau hanya berniat menghinaku, lebih baik kau pergi dari rumahku” orang itu  berhasil memancing kembali amarah Alif yang sudah dibendungnya sejak tadi. Namun sebelum Alif berjalan semakin jauh, orang tersebut segera menarik tangan Alif.

“Apa kau benar – benar tidak mengenali ku? Tolong kau lihat aku lebih jelas” ucap orang tersebut memelas.

Alif memperhatikan orang itu dari ujung kaki sampai rambut. Tubuh yang tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi, badannya juga terlihat porposional. Rambut blonde nya, kulit yang putih. Dan.... CLUELESS.

“Aku benar – benar tidak mengenalimu. Bisa kah kau tidak bermain tebak – tebakan denganku? Aku sedang tidak ingin berpikir sekarang.” ucap Alif dengan kesal.

“Baik lah. Aku... JEJE. J.E.J.E.  Apakah kau masih tidak mengenaliku?” ucap lelaki itu sambil mengeja setiap huruf dari namanya.

“APA? Benar kah kau Jeje. Aaaaccchhhh” teriak Alif sambil memeluk Jeje.

“Kenapa kau yang berubah over exited begitu..uhuk..uhuk.. lepas kan aku. Kau bisa membunuhku” perkataan Jeje terputus – putus karena menahan sesak di dadanya.

“Hahahaha. Aku hanya ingin kau merasakan apa yang aku rasakan tadi”  sekarang Alif yang gantian menertawakan Jeje. “Tapi ada apa dengan dirimu?” ucap Alif sambil membalik tubuh Jeje ke depan dan ke belakang lalu kembali menghadapnya lagi.

“Hentikan itu. Aku masih  lelah, Alif. Kau tidak tau apa saja yang telah ku alami hari ini” Jeje segera melepaskan tangan Alif yang masih memegang tubuhnya

“Baiklah. Kita masuk dulu” Alif segera menuntun Jeje masuk ke dalam rumah.

“Tunggu sebentar” Jeje kembali ke tempat ia tidur sebelumnya. Dia mengambil barang – barang hasil ‘buruannya’ di Mall satu harian ini.

“Apa itu?” tanya Alif sambil menunjuk ke arah bawa’an Jeje.

“Hahaha.. Hasil berburuku selama satu harian ini” ucap Jeje sambil mengangkat belanjaannya bangga.

“Ishhh.. Kapan kau akan merubah kebiasaan burukmu itu?” ucap Alif sambil memalingkan wajahnya. Sebenarnya Alif tersenyum dalam hati. Untung ia meninggalkan barang belanjaannya di dalam mobil yang ia titipkan ke Yuna. Jadi dia bisa bebas meledek sahabat lamanya ini.

~~~~####~~~~####~~~~####~~~~

“Sebenarnya apa yang kau lakukan pada tubuhmu?” ucap Alif sambil meletakkan minuman yang baru dia bawa dari dapur.

“Tidak ada perlakuan khusus. Aku hanya berusaha menjaga penampilanku” jawab Jeje lalu meneguk minuman yang di berikan oleh Alif.

Alif dan Jeje adalah teman dekat ketika SMA. Mereka punya banyak persamaan. Mulai dari sifat maupun kebiasaan. Kebiasaan itu meliputi suka membuat onar dan belanja pastinya. Ada saja hal aneh yang akan terjadi jika mereka sudah disatukan. Itu sebabnya mereka sering di sebut Duo Trouble Maker oleh orang – orang yang mengenal mereka.

“Tapi aku benar – benar tidak bisa mengenali mu tadi. Aku masih ingat terakhir kali kita ketemu dulu kau mempunyai tubuh yang..”

“Sudah lah,Lif. Bisakah kau tidak mengungkit masa laluku lagi. Aku merasa malu” Jeje segera menyela ucapan Alif

“ Hahaha..Baik lah.. Baik lah..” ucap Alif tertawa geli melihat ekspresi sahabatnya itu.

Siapa pun pasti akan merasa malu jika kau hanya menyebutkan tentang kejelekan mereka yang sebenarnya ingin mereka tutupi. Tapi Alif memang merasa penasaran dengan apa yang dilakukan Jeje pada tubuhnya. Dia masih ingat betul bahwa dulu Jeje memiliki tubuh yang cukup tambun, tapi itu lah yang membuatnya terlihat imut. Namun dengan tubuhnya yang proposional, rambut yang berwarna blonde, lalu di tambah dengan selera fashion tingkat tinggi yang ia miliki, Ia memang terlihat jauh lebih tampan sekarang.

“Hei..” Jeje menepuk pundak Alif yang sukses menyadarkannya dari lamunan. “Kau jangan terlalu terpesona kepadaku. Kau membuatku takut” ucap Jeje berpura – pura bergidik untuk menggoda Alif.

Alif hanya menanggapi perkataan sahabatnya itu dengan senyuman “Kapan dan apa alasanmu kembali ke Indonesia?” tanya Alif menyelidik

“Aku baru kembali semalam. Alasan aku kembali karena aku ingin melakukan penilitian untuk skripsiku disini.”

“Kau baru pulang kemarin dan hari ini kau langsung pergi belanja? Dan sekarang kau ingin tidur dirumahku?” tanya Alif hanya sekedar ingin memastikan pikirannya

“Emangnya kenapa? Kau berkata seolah aku melakukan hal yang buruk” tanya Jeje asal. Alif hanya menghela nafasnya. Ia sudah cukup lama mengenal Jeje, jadi sebenarnya dia tau persis apa yang terjadi dengan sahabatnya ini.

“Aku mengalami hal yang aneh hari ini” ucap Jeje dengan suara rendah. Alif hanya merespon dengan mengalihkan pandangannya ke arah Jeje. “Tadi saat aku berjalan di mall, ada seorang wanita yang menabrakku...”

“Benarkah? Lalu apa yang terjadi? Kau berkenalan dengannya? Lalu apa kau mendapatkan nomor hp nya?” tanya Alif tanpa jeda.

“Aishh.. kebiasaanmu memang belum berubah. Bisakah kau mendengar ceritaku sampai selesai?” geram Jeje

“Maaf. Aku tidak bisa sabar mendengar cara ceritamu yang lambat” ucap Alif dengan senyuman yang ia kulum. Jeje hanya memutar bola matanya malas.

“Kalau hal yang kau sebutkan tadi sama sekali tidak aneh, Alif”ucap Jeje menggantung yang sukses membuat Alif berpikir bahwa yang Jeje katakan memang benar. “Setelah ia menabrakku, dia malah menangis sambil memukulku” Jeje menerawangkan matanya sambil tersenyum mengingat kejadian yang menimpanya tadi siang.

“Bukan kah dia yang menabrakmu? Lalu mengapa dia memukulmu? Jangan – jangan kau tidak sengaja menyentuh sesuatu yang terlarang ya?” tanya Alif menggoda. Bukan jawaban yang Alif terima, tapi malah jitakan yang berhasil mendarat secara kasar di kepalanya. Alif hanya bisa meringis menahan sakit.

“Kau harus berhenti memikirkan hal mesum semacam itu.” Ucap jeje kesal

“Jadi apa yang terjadi sampai dia memukulmu?” tanya Alif kesal karena Jeje malah membahas hal yang tidak semestinya.

“Aku juga tidak tau. Tapi ku rasa dia baru diputuskan oleh pacarnya. Habisnya dia terus saja bilang ‘Kenapa kau lakukan itu padaku, Apa salahku padamu?’ gitu” ucap jeje sambil mempraktekkan cara bicara wanita yang ia maksud.

“Dia pasti wanita yang menyebalkan. Bagaimana mungkin dia bisa melampiaskan kemarahannya pada orang lain yang tidak tau apa – apa?”  ucap Alif kesal sambail kembali meneguk minumannya.

“Tapi aku menyukainya.” Ujar Jeje santai namun berhasil membuat Alif memuncratkan semua air ~yang belum berhasil ia minum seluruhnya~ ke wajah Jeje.

“ALLLIIIFFFF. Kau sangat menjijikan” Alif hanya tertawa keras melihat tingkah temannya itu. Setelah mendengar omelan Jeje yang panjang lebar, Alif kembali mampu memancing Jeje untuk bercerita tentang pengalaman hidupnya selama mereka berpisah. Dan malam ini menjadi malam yang panjang bagi kedua sahabat yang sudah terpisah selama 3 tahun ini. Walaupun lelah, jeje masih meladeni berbagai pertanyaan dari sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudara itu.

~~~~####~~~~####~~~~####~~~~

Firly segera bergegas menuju pintu ketika ia mendengar ada seseorang yang memencet bel rumahnya. Namun ia sedikit terkejut saat melihat orang yang datang. Seorang wanita dengan perawakan yang cukup tinggi untuk wanita Indonesia, berambut ikal panjang sepinggang dan kulit yang putih. Cantik. Tentu itu relatif, tergantung mata orang yang melihatnya.

“Kenapa kau menatapku seperti itu? Aku merasa seperti penjahat yang sedang tertangkap basah” ujar Sera sambil tersenyum.

“Bukan apa – apa” jawab Firly langsung mengalihkan pandangannya. Walaupun mereka memiliki hubungan persaudaraan namun, mereka sering terlihat canggung jika saling bertemu. Kau mungkin melihat Firly sebagai sosok yang cool, namun dibalik sosok itu, dia memiliki sifat yang pemalu di depan wanita. Firly berusaha menutupi semua itu dengan sifat dingin, bahkan cenderung kasar ketika berhadapan dengan seorang wanita.

“Kau tidak berniat mempersilahkan aku masuk?” tanya Sera memecah kecanggungan diantara mereka.

“Oh,, Iya..Silahkan.”ucap Firly sambil memberikan jalan kepada Sera untuk masuk duluan. ”Kenapa kau datang pagi sekali?” tanya Firly basa basi. Sebenarnya dia sudah tau kalau alasan Sera datang pastilah untuk bertemu dengan Arthur.

“Apa Arthur sudah pergi kuliah?”

“Kenpa tidak kau coba untuk menghubunginya?” tanya Firly geram

“Nomornya tidak aktif. Aku khawatir akan keadaannya” jawab Sera sekenanya. Namun sebelum Firly menjawab pertanyaan Sera, Arthur sudah terlihat keluar dari pintu kamarnya yang memang tidak jauh dari ruang tamu. Arthur terlihat terkejut dengan apa yang ia lihat. Namun ia segera menetralisir perasaannya dan kembali memasang wajah datar.

“Kau baik – baik saja? Kenapa nomormu tidak aktif?” Tanya Sera beruntun kepada Arthur. Terdengar nada khawatir di setiap kata yang ia ucapkan.

“Handphone ku rusak. Aku tidak sengaja menjatuhkannya semalam” Arthur melihat ke arah Firly setelah ia menjawab pertanyaan Sera, namun Firly segera memalingkan wajahnya. Ia masih sangat marah soal kejadian semalam. Tapi ia hanya bisa diam karena  sadar bahwa ia tidak bisa menunjukkan amarahnya didepan Sera.

“Kalian lanjutkan saja pembicaraan kalian. Aku harus pergi kuliah sekarang” Firly mengambil tasnya  yang memang sudah ia letakkan di kursi sebelum Sera datang. Sera dan Arthur hanya mengangguk mempersilahkan Firly pergi duluan. Sebenarnya ia agak ragu meninggalkan mereka berdua. Firly khawatir jika Arthur akan mengatakan hal menyakitkan kepada Sera. Namun ia juga takut tidak bisa mengontrol emosi jika terus melihat Arthur.

“Kau sudah sarapan? Kalau belum aku akan membuatkannya untukmu” Arthur memulai pembicaraan sambil berjalan menuju ke arah dapur. Arthur mengatakan itu untuk mengusir kecanggungan yang baru tercipta setelah Firly meninggalkan mereka berdua. Sikap mereka yang dulu sangat hangat memang sudah berubah menjadi dingin. Mereka sendiri saja tidak tau kapan hal ini bermula.

“Kau bisa sarapan sendiri. Kau kan tau, aku tidak terbiasa makan pagi” Sera masih memaksakan senyuman di bibirnya yang menambah kecanggungan yang sudah ada.

“Ada hal penting apa sehingga kau harus datang sepagi ini?” tanya Arthur datar tanpa melihat ke arah Sera. Ia mengurungkan niatnya untuk pergi ke dapur, karena ia ingin segera tau alasan Sera menemuinya.

“Aku hanya ingin bicara padamu” Arthur langsung memalingkan wajahnya ke arah Sera. Ia berusaha menebak hal apa yang akan Sera bicarakan. “Sekarang aku merasa kita semakin jauh. Aku hanya...” Sera hanya menunduk dan tidak melanjutkan lagi kata – katanya. Sebenarnya ia bingung bagaimana cara menyampaikan semua yang ada di hatinya. Ia takut kalau Arthur akan salah paham dengan perkataannya.

“Aku juga merasakan hal yang sama.” Sera segera melihat ke arah Arthur. “Tapi aku memang sedang sibuk sekarang. Bisakah kau membiarkanku sendirian sementara waktu ini?”

Sera sangat terkejut mendengar perkataan dari Arthur. Ia berusaha menebak apa maksud dari perkataan Arthur tadi. Apakah Arthur akan memutuskan hubungan mereka berdua? Tapi kenapa? Berbagai pertanyaan terlintas di pikiran Sera.

“Kau tidak perlu memasang wajah sedih seperti itu. Aku tidak berniat mengakhiri hubungan kita. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri. Ada hal yang harus segera aku selesaikan. Dan aku tidak bisa membiarkanmu terlibat dalam hal itu” jelas Arthur panjang lebar sebelum Sera salah paham dengan maksud dari perkataannya.

“Masalah seperti apa yang membuatmu tidak bisa melibatkanku di dalamnya?” tanya Sera dengan suara bergetar. Air mata juga sudah mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia tidak tau bagaimana hal ini bisa terjadi.

Arthur langsung memalingkan pandangannya dari wajah Sera. Ia tidak mau keputusan yang sudah ia ambil akan goyah. “Kau tidak usah terlalu sentimental. Kau membuatku bingung harus mengambil sikap seperti apa sekarang” Arthur mengepalkan tangannya erat untuk menahan perasaannya. Jika ia mengikuti kata hatinya, ia ingin segera memeluk Sera untuk menenangkannya. Namun ia harus tetap pada pendiriannya. Ia memang butuh waktu untuk memastikan perasaannya yang sebenarnya terhadap Sera.

“Baiklah. aku akan pergi jika kau memang membutuhkan waktu untuk sendiri. Namun jika kau membutuhkan sesuatu, kau tau siapa yang harus kau hubungi pertama kali” ucap Sera bergetar, ia memaksakan dirinya sendiri untuk tidak menangis, walaupun dadanya sudah sangat sesak dengan segala perasaan yang ia tahan. Semua ini ia lakukan karena ia tidak ingin Arthur khawatir tentang keadaannya yang akan membuat masalah Arthur semakin bertambah.

Arthur hanya menundukkan wajahnya ketika Sera keluar dari rumahnya. Ia bahkan tidak sanggup untuk sekedar mengantarkan Sera keluar. Setelah memastikan pintu rumah benar – benar sudah tertutup rapat, Arthur segera mengeluarkan air mata yang juga sudah ia tahan sedari tadi. Ia merasakan sesak yang luar biasa di dadanya akibat tindakannya sendiri. Ia terduduk di lantai dengan menekukkan kedua kaki sambil membenamkan wajahnya dalam – dalam di kedua lututnya. Tubuhnya terlihat terguncang kuat akibat tangisannya. Awalnya ia yakin akan keputusan yang telah ia ambil. Namun ketika melihat keadaan sera yang terlihat sangat sedih,  kini ia hanya bisa merutuki kebodohannya.

~~~~####~~~~####~~~~~####~~~~

Jeje terbangun ketika ia merasakan sinar matahari masuk melalui jendela tepat mengarah ke matanya. Ia meraba meja nakas yang terletak di samping tempat tidur untuk mencari handphone nya. Dengan susah payah ia berhasil melihat jam berapa sekarang. Masih jam tujuh, jadi wajar rasanya ia masih sangat mengantuk. Ia  baru bisa tidur sekitar jam 5 pagi karena terus meladeni pertanyaan – pertanyaan yang di lontarkan oleh Alif.

“Kenapa kau membuka tirainya terlalu cepat. Aku masih mengantuk” rengek Jeje begitu ia melihat Alif keluar dari kamar mandi. Ia sudah terlihat segar. Sepertinya ia baru saja mandi karena masih terlihat air yang menetes dari rambutnya.

“Aku harus segera pergi ke kampus pagi ini. Apa kau tidak ingin ikut aku ke kampus?” Alif mengambil Hairdryer untuk segera mengeringkan rambutnya.

“Kenapa aku harus mengikutimu ke kampus? Lagi pula aku bisa mati bosan jika aku tidak melakukan apapun sambil menunggumu” Jeje segera menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya. Ia ingin melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu tadi.

“aku hanya kuliah 1 jam hari ini. Setelah itu aku bisa memperkenalkanmu dengan teman – temanku. Aku yakin kau tidak akan menyesal Karena teman – temanku adalah orang terasyik di dunia.” Ucap Alif sambil memakai baju kemejanya. Ia masih melihat ke arah Jeje. Namun rasanya tidak ada tanda – tanda ‘kehidupan’ yang diperlihatkannya.

“JEJE BANGUUUUNNN..” teriak Alif tepat di telinga Jeje yang sukses membuatnya melompat karena terkejut.

“ALLLIIIIFFFF. KAPAN KAU BISA BERHENTI MENGGANGGU HIDUPKU.” Teriak Jeje tidak kalah kuatnya. Namun Alif sudah prepare dengan menutup telinga sambil berlari menjauhinya.

~~~~####~~~~####~~~~####~~~~

Jeje terus memainkan game yang ada di handphone nya. Setelah berperang mulut dan tangan tadi pagi, akhirnya Alif berhasil membuat Jeje duduk sendirian seperti orang bodoh sekarang. Untung lah taman yang berada di kampus Alif cukup indah sehingga Jeje tidak terlalu mempermasalahkan jka harus menunggu dalam waktu yang lama.

“bukankah dia bilang hanya punya satu jam kuliah hari ini. Kenapa dia belum datang juga? Kupastikan dia akan menjadi makanan ikan ini jika dia datang” Jeje terus mengomel tidak jelas sambil memainkan tangannya di dalam air yang berisikan ikan hias. Kegiatan ini sudah ia lakukan berkali kali dalam 2 jam terakhir ini.

“Jeje.” Jeje langsung mengalihkan pandangannya ke sumber suara yang memanggilnya. Ekspresi wajah marah yang sudah ia siapkan tiba – tiba berubah menjadi wajah bingung. “maaf telah membuatmu menunggu lama. Kenalkan ini sahabat – sahabatku.” Ucap Alif sambil menunjuk kedua sahabatnya tercinta.

“Aku Yuna” Yuna mengulurkan tangannya ke arah Jeje. Namun tidak seperti yang diharapkan, Jeje malah terpaku melihat ke arah Sera yang sukses membuat mereka bertiga ~selain Jeje~ saling menatap bingung. Yuna kembali menraik tangannya yang di cuekin oleh Jeje.

“Bukankah kau..” kata – kata Jeje menggantung. Dia berbicara sambil menunjuk ke arah Sera. Dan yang di tunjuk juga spontan menunjuk ke arah dirinya sendiri.

TBC